Minggu, 05 Agustus 2018

THINKING INTROVERT (Ti), PG UNTUK MENJADI EKSPERT

Sumber Gambar: STIFin

"Kamu harus menempuh S3" kata Bu Ana, Pegiat STIFin sekaligus dosenku di pasca.

Kata tersebut tercetus setelah PG ku diketahui berjenis Ti, ungkapan Bu Ana seolah menjadi pemompa kala kesemangatanku untuk belajar mengalami penurunan.

Ti merupakan sebuah kecerdasan yang menjadi modal empunya untuk menjadi seorang yang menekuni di satu atau dua bidang tertentu.

Karakter Ti yang senang mengatur, banyak mikir, kritis, memaksa, agresif, dingin dan ingin diakui seolah mendorong pemiliknya untuk menjadi seorang manajer dan ahli di bidang tertentu.

Hal itu yang menjadi penyemangat penulis untuk terus berupaya memaksimalkan potensi genetik yang ada untuk kebermanfaatan kehidupan. (Ciye ... sok dewasa banget).

Berangkat dari semangat tersebut ada dua hal yang ingin penulis perdalam dan seriusi, yaitu bidang manajerial dan menulis. "Biar jadi ekspert" kata Bu Ana lagi.

Bidang manajerial penulis geluti dengan memanfaatkan Madrasatul  'Ulya sebagai ladang "kelinci percobaan". Sebuah instansi yang bergerak di bidang pendidikan tempat di mana penulis bekerja.

Karena di dalamnya terkumpul orang-orang hebat yang dapat membantu terwujudnya segala program yang menjadi keinginan penulis. Banyak program yang berjalan atas inisiatif dan tanggungjawab penulis (edisi pede banget).

Saat bekerja di dalamnya seolah tak kenal lelah untuk berinovasi, berbagai ide bertaburan di sana menunggu untuk dieksekusi dan dikembangkan, tentu dalam semangat mencerdaskan anak bangsa dan kemajuan MU tadi.

Bidang menulis juga mulai digerakkan secara masif. Dunia tulis menulis sebenarnya bukan hal baru bagi penulis, sejak masih di pesantren sudah sering karya tulisannya di muat di mading milik madrasah, semua seolah mengalir begitu saja.

Gelora di bidang literasi bahkan pernah penulis lakukan saat manjadi pengurus di pesantren.

Hal itu terbukti dengan inisiatif penulis untuk membuat mading sendiri di kantor yang terbit dwi mingguan dengan nama "Hal Ta'rifu", norak bukan namanya? Isinya? Jangan tanya, mungkin tak jauh dari itu. Maklum tipikal agresif.

Gali informasi, menyusun serta menyajikannya di papan mading semua penulis lakukan sendiri. Konsistensi untuk terbitnyapun cukup terjaga, sampai 15 edisi (lumayanlah dari pada .... , hehe... Maaf pak sekred 🤭🤭) dan hanya berhenti di edisi ke sekian karena harus pulang,  Motivasinya hanya sederhana, ingin berbagi informasi.

Kegemaran menulis menemukan momennya setelah penulis ikut bergabung di perguruan tinggi milik yayasan. Di dalamnya penulis mendapat banyak sekali pembelajaran terutama di bidang literasi.

Semangat itu terjaga karena di dalamnya juga banyak terkumpul orang-orang dengan kemampuan luar biasa seperti pak Ani, Bu Ani, Pak Barid, Pak Pul dan lainnya. Sebuah perkumpulan yang menjadi semacam atmosfir dalam mengasah keterampilan penulis.

Kesemuanya penulis anggap sebagai sebuah proses menuju kemampuan mendalam sebagaimana impian yang penulis cita-citakan.
Semoga.

@myh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar