Selasa, 31 Juli 2018

AKREDITASI REGIONAL, Menyemai Manajemen Perkantoran Modern

Sumber Gambar: Proxses Group

Berawal dari perbincangan santai para sekretaris di kantor madrasah terkait dengan ketertiban administrasi yang menjadi kesibukannya setiap hari. Gagasan ini terbesit.

Topik bahasan pada rembuk tersebut mulai dari rekrukmen dan kinerja SDM, standarisasi administrasi sampai menyinggung soal hasil kerja yang telah dicapai.

Para sekretaris muda bahkan ada yang sampai menunjukkan buku induk siswa mereka sebagai pembuktian kalau selama ini mereka benar-benar bekerja sesuai dengan juknis.

Dari situ terbukti antara satu tingkatan dengan yang lainnya menggunakan acuan masing-masing dan membuahkan hasil yang tak sama pula.

Di tingkatan yang lain? Jangan tanya, bahkan ada yang belum memiliki buku induk. Sampai kapan hal ini akan tetap berlangsung.

Pertanyaan mengemuka, Mengapa hal pokok (buku induk misalnya) sampai belum ada? Dan andai sudah ada, Apakah semua sudah memenuhi standart asministrasi dalam perkantoran pendidikan?

Bertolak dari titik pijak ini, Harapan besar untuk berbenah muncul setelah diketahui tata kearsipan pada tiap tingkatan di Kantor Madrasah Krempyang tidak merata.

Beberapa sudah berjalan mendekati standart kendati belum keseluruhan, namun sebagian yang lain masih belum terlaksana dengan baik tanpa diketahui faktor utamanya.

Standart manajerial perkantoran pendidikan sebagaimana ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional setidaknya dapat dijadikan tolak ukur meski tak semua diterapkan. Dalam artian tetap melihat kemampuan serta kondisi real lingkungan madrasah.

Keberadaan kantor madrasah Krempyang yang berada satu atap satu kantor bagi semua tingkatan sebenarnya sebuah potensi besar untuk memajukan satu dengan yang lainnya.

Satu tingkatan yang baik dapat menjadi contoh tingkatan yang lain, begitu juga sebaliknya, tingkatan yang masih belum lengkap, dapat mengejar ketertinggalannya. Apalagi SDM di kantor banyak didominasi tenaga muda yang masih enerjik, inovatif dan visioner.

Namun kelemahan dari energi muda adalah pada tahap pengawasan, jika tiada pengontrolan berkala terkadang suka tak terkontrol dan tak fokus meski tidak semua berkarakter demikian.

Andaikan geliat me"mutu"kan administrasi dapat muncul seperti saat akan ada penilaian dari Badan Akreditasi Nasional, mungkin manajemen perkantoran kita akan maju dan melejit dengan cepat.

Dan karena BAN hanya menilai dengan selang waktu yang cukup lama, semangat yang pernah terkumpulpun menjadi menurun kembali.

Andai secara internal Madrasah secara berkala memiliki agenda dengan program sebagaimana Badan Akreditasi Nasional, mungkin akan sangat membantu minimal menjaga kesemangatan untuk terus berkarya.

Program dijalankan tidak dalam rangka mencari keburukan pengelolaan administrasi, namun berorientasi pada perbaikan, penyetandaran dan pemerataan hasil di semua tingkatan menuju perkantoran pendidikan modern di era 4.0.

@myh
Krempyang, 31 Juli 2018

Senin, 30 Juli 2018

SERIAL KARTUN HANDY MANNY, Menanmkan Pendidikan Karakter Sejak Dini


Sumber Gambar TMDb
Kebiasaan menemani si kecil menonton televisi bergenre animasi setiap pagi menjadikan saya ikut terbawa untuk menyimak semua ceritanya.
  
Mulai dari si Kembar lucu Upin dan Ipin dari Malaysia, _Masha and the Bear_ yang menggemaskan, Shiva pesepeda hebat yang jago menangkap semua penjahat dan tak ketinggalan Handy Manny, tukang reparasi yang memiliki sekotak perkakas yang dapat berbicara.
  
Mengamati tayangan demikian, saya tak terlalu khawatir pada putri saya, terutama untuk dua serial kartun Handy Manny dan Upin & Ipin, namun untuk _Masha and the Bear_ dan Shiva, perlu pendampingan untuk menyaksikannya.
  
Handy Manny adalah sebuah program televisi animasi anak Disney yang ditayangkan setiap pagi di salah satu stasiun televisi swasta. Animasi tersebut merupakan satu di antara deretan film kartun kegemaran putri saya, Aisy.
  
Saya cukup tertarik dengan film kartun tersebut karena di dalamnya banyak pesan moral dan pendidikan karakter yang ingin disampaikan.

Acara tersebut menampilkan Manny Garcia, seorang anak laki-laki tukang reparasi yang selalu optimis dan suka membantu orang-orang di sekitarnya. Banyak tetangga yang suka dengannya karena selalu dapat menyelesaikan pelbagai masalah.

Pesan pendidikan karakter yang dapat diambil di antaranya adalah kegemarannya yang selalu membantu.ia senang membantu masyarakat lingkungannya dengan tanpa pamrih. Mengerahkan segala kemampuannya untuk hasil yang maksimal.

Ia juga jago dalam menyelesaikan masalah, setiap episode ada beberapa kasus dan problem yang harus diselesaikan, dan lagi-lagi ia selalu dapat menyelesaikannya dengan bantuan Sembilan alat perkakasnya.

Tidak ada kata menyerah dalam hidupnya, Optimis di segala hal menjadi pedoman dalam menjalankan semua aktivitasnya, sikap tersebut yang memancarkan berbagai kemudahan yang ada dihapannya.

Bermental positif juga menjadi kebiasaannya. Ia tidak mengenal kata *tidak bisa* sebelum ia benar-benar berusaha dan melakukan. Motifasi itu yang membuat ia selalu sukses di berbagai hal.

Manny tidak pernah menyelesaikan masalahnya sendirian, ia selalu melibatkan personal lain untuk menyelesaikan aneka masalah yang dihadapinya. Kompak dan seirama sangat diperlukan karena tidak gampang untuk mampu bekerja secara tim.

Sekilas tontonan tersebut memang terlalu muluk-muluk jika diuraikan demikian, seolah bukan diperuntukkan untuk kalangan anak-anak, mereka tentu tidak akan mampu untuk mencerna sebagaimana pesan yang terurai di atas.

Namun karakter-karakter demikian memang sepatutnya dipertontonkan sejak dini agar anak-anak dapat mengikuti tokoh yang menjadi idolanya.

Jadi memasukkan kebiasaan-kebiasaan baik dapat dilakukan dengan mudah tanpa ada sikap berontak dari si kecil itu sendiri.

@myh