Minggu, 06 Mei 2018

MENJAGA BUDAYA KERJA DI RUANG KERJA



Tidak dapat dipungkiri, bekerja dengan nyaman dibutuhkan untuk menyelesaikan beberapa program dan proyek yang telah ditargetkan, baik target pribadi maupun target yang telah ditetapkan oleh instansi atau pimpinan, faktor yang mempengaruhi ketercapaian target bisa juga datang dari dalam diri ataupun juga dari luar.

Faktor dari dalam dipengaruhi dengan adanya komitmen, niat dan loyalitas kepada instansi atau atasan yang memerintah kerja dan kinerja kita, sedangkan faktor dari luar dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti rekan kerja, ruang kerja, iklim atau suasana di tempat kerja dan lain sebagainya yang bersifat eksteren dari orang tersebut.

Seperti di tempat kerja penulis, lingkungan kerja yang ada seperti kebersihan dan kerapihan memang terbilang jauh dari cukup, menurut analisis penulis karena difaktori berbagai hal, mulai dari personal, ruang, dan satu lagi yang penting yaitu budaya kerja. Budaya kerja yang tidak semestinya seolah menjadi faktor pertama dan utama dari problematika tersebut.

Budaya kerja diartikan sebagai bagaimana budaya dalam melakukan pekerjaan yang memang benar-benar dilakukan hanya dalam pekerjaan tersebut, dalam artian kebiasaan di luar kerja tidak perlu dan tidak layak untuk dibawa masuk apalagi dicampur (kalau tidak mau dikatakan “disambi“) dengan kerja sehari-hari. Kalau kebiasaan ini dibiarkan, lambat laun budaya kerja dalam instansi tersebut akan luntur dan acak-acakan.

Di antara budaya kerja yang harus diperhatikan adalah fokus pada pekerjaan, dalam artian semua konsentrasi dan pikiran memang benar-benar dicurahkan sepenuhnya guna penyelesaian tugas yang hendak dituntaskan, Mengerjakan tugas utama sambil mengerjakan aktivitas yang lain seperti main smartpone yang berlebih, ngobrol yang tidak berkaitan dengan tugas utama, datang terlambat atau bahkan menduakan tugas utama dan lain sebagainya, tentu akan meghasilkan goal yang lambat dan tidak memuaskan, fokus dan intens memang betul-betul dibutuhkan.

Budaya kerja yang harus dijaga lainnya adalah tidak mencampur tugas instansi dengan kepentingan pribadi, memang, untuk mengukur keprofesionalan karyawan adalah dengan dilihat kemampuan karyawan tersebut memilih dan memilah mana yang harus dilakukan di tempat kerja dan mana yang tidak, permasalahan pribadi tentu sangat tak elok kalau dibawa-bawa atau diselesaikan di tempat kerja, apalagi sampai menggunakan fasilitas umum milik instansi, jika permasalahan pribadi terbawa ke tempat kerja tanpa disengaja tentu dapat dimaklumi, karena karyawan juga manusia yang memiliki rasa, dan karsa, namun hal itu tentu dapat ditekan seminimal mungkin kala sudah masuk dalam area kerja.

Budaya kerja berikutnya adalah dengan menjaga citra instansi, artinya melakukan tindakan-tindakan yang sewajarnya sebagai karyawan, dan juga berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari aktivitas-aktivitas yang tak sepatutnya dilakukan seperti tiduran apalagi tidur di tempat umum instansi, makan di area  publik, bergurau dan saling menghujat sesama teman kerja di depan tamu dan tindakan-tindakan ringan tak wajar lainnya yang dilakukan di waktu kerja apalagi di tempat umum.

Budaya kerja berikutnya yang sangat perlu dijaga adalah menciptakan bagaimana ruang atau tempat kerja tetap rapi, bersih dan nyaman, memang tidak semua karyawan memiliki kebiasaan yang rajin menjaga kebersihan, tapi apa benar perilaku tersebut tidak bisa diubah, beda tipis memang antara tidak bisa berubah dan tak mau berubah, dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah kalau kebiasaan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya tidak disadari merupakan salah satu prilaku tak terpuji, padahal Islam juga mengajarkan demikian, namun tidak banyak yang dapat mempratikkannya. Sehingga tiap hari waktu banyak terbuang hanya karena merapikan barang-barang sepele yang berserakan tidak pada tempatnya, padahal andaikan itu dijaga bersama-bersama tentu indah selalu tempat kerjanya.