"Hiduplah pada masa kini, karena hidup saat ini merupakan hidup yang sebenarnya, jangan ratapi mas lalu, dan jangan khawatir kan masa depan yang belum pasti."
Sederet kalimat itu mampir di beranda story saya beberapa waktu yang lalu, penggalan adagium itu sempat membuat saya mengernyitkan dahi dan berhenti sejenak untuk mencoba mencerna.
Dalam keseharian, kita memang akan dihadapkan dengan tiga masa, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa nanti, ketiganya akan kita lalui secara real, namun tentu harus disikapi berbeda.
Kesalahan dan kealpaan dari perbuatan yang telah lalu pasti terjadi, dan oleh agama kita dianjurkan menyesalinya jika memang yang kita lakukan bertentangan dengan ajaran agama, namun agama juga melarang untuk terus meratapi semua kesalahan itu tanpa mengambil sikap apapun.
Dalam konteks ini, menutupi dengan berbagai perbuatan positif sesuai petunjuk agama menjadi suatu sikap hamba yang terkonsep dalam terma taubatan nasuha, yakni penyesalan yang sebenarnya.
Memenuhi masa lalu hanya dengan mengeluh dan meratapi secara terus menerus tentu bukan pilihan sikap yang bijak, kita telah difasilitasi masa kini untuk dijalani dan masa depan untuk dirancang.
Memaksimalkan waktu yang ada dengan pelan dan pasti, menanti keajaiban dan kejutan peristiwa, menikmati semua perjalanan yang telah ditetapkan oleh Sang pengatur waktu, serta berupaya sekuat tenaga untuk tidak keluar dari lajur yang telah ditetapkan.
Hidup di masa kini, juga akan menjadi torehan masa dan bisa dilihat dengan bahagia kelak pada masanya. Inovasi dan aneka kreativitas menjadi alat untuk mengukir jejak di atas kanvas masa real ini.
Dan masa depan juga perlu untuk disongsong dan dirancang, namun juga tidak baik untuk dipikirkan dalam-dalam, karena hanya akan memunculkan kekhawatiran yang berlebihan.
Rencanakan dengan baik masa yang akan kita lalui dengan senantiasa menambah kebaikan agar tidak masuk kategori manusia yang merugi atau bahkan manusia yang celaka dengan menurunnya kebaikan setiap hari.
Sikapi masa lalu dengan istighfar, nikmati masa kini dengan hamdalah, dan songsong hari esok dengan berdoa.