Senin, 18 Desember 2017

Mencetak Jejak Pertamaku



Bismillah.
hari ini penulis mengikuti angan-angan yang mengganjal selama ini, penyaluran tentang hobi menulis yang sebelumnya belum memiliki wadah resmi dan hanya dapat penulis salurkan pada group WA yang penulis miliki, terkadang penulis merasa khawatir terhadap respon anggota group yang penulis kirim, mungkin ada yang jengkel dan murka kala ada yang mengupload tulisan seperti cakar ayam, susah dipaham, ngelantur dan tidak bisa ditemukan kesimpulannya. ah biarlah, abaikan itu semua yang belum tentu kebenarannya, gumam penulis dalam hati untuk menghibur diri.

Sebenarnya beberapa teman pernah menyarankan kepadaku untuk menulis di blog saja, namun karena kesibukan (yang belakangan penulis rasakan hanyalah sebagai alasan saja) menulis di blog seolah menjadi mustahil, selain belum memiliki blog secara pribadi, penulis juga belum mampu untuk mengoperasikannya.
Setelah mengalami pergulatan penuh, ahirnya penulis memutuskan untuk belajar membuat blog secara outodidak, dan akhirnya jadi juga, seperti yang ada saat ini.
keinginan penulis untuk menjadi seorang penulis di blog (blogger) sebetulnya mulai muncul setelah banyak mencari cara atau tutorial membuat blog, tapi ternyata terbawa pada blog milik beberapa blogger yang memiliki latar belakang yang bergam dan menarik menurut penulis, ada yang berasal dari keprihatinan seorang guru kepada dunia bloger, ada yang memilih resaind dari jabatan karyawan kantor yang cukup mapan sehingga beralih menjadi blogger penuh waktu dan motif blogger lainnya yang cukup menginspirasi penulis, untuk menyemangati kegemaran menulis, penulis bahkan sampai memasang poter tulisan yang lumayan gede yang ditempel di tembok untuk menyemangati penulis setiap hari, penulis yakin, pada suatu hari akan terwujud mimpi untuk menjadi bagian dari blogger Indonesia.
beberapa hal yang memotifasi penulis untuk menjadi seorang penulis pernah dilakuakna, diantataranya:
Membca Web
Banyak web yang aku kunjungi untuk mencari tips menjadi seorang penulis pemula, namun semua isinya sama, kalau ingin mejadi seorang penulis harus banyak latihan, latihan dan laihan, dan sesegera unutk menulis, tidak hanya membaca kiat-kiatnya saja, hanya dengan itu kemampuan menulis akan terasah, selain dituntut peka terhadap segala hal yang ada di sekitar kita, benyak membaca buku juga harus rutin untuk dilakukan,
Berlangganan Email
Penulis pernah terbawa pada suatu web yang kemudian di dalam web tersebut ditawarkan untuk bergabung, peserta akan diberikan materi secara rutin dan berkensinambungan via email, penulis tertarik dalam rangka untuk memotifasi semangat menulis, dan langsung mendaftarkan diri, karena kemauan menulis mengalami fluktuatif,  email yang pernah dimasuki sampai tidak ingat nama tutor dan juga alamat webnya, namun semua materi via email yang dikirim selalu terbaca dan berupaya untuk penulis kembangkan dan lakukan.
Mencari Tokoh Idola
Dalam seuah  buku, penulis pernah membaca bahwasannya untuk menyemangati apa yang menjadi keinginan kita, kita harus mencari idola yang dapat menjadi penyemangat dari idola kita, apa yang ia lakukan bersegera untuk diikuti jejak-jejaknya, yang pernah ia lakukan juga harus kita ikuti kalau ingin menjadi seperti mereka, tatkala kemalasan dan semangat menurun, kita perlu untuk memandangi profil serta prestasi-prestasi mereka, sehingga kesemangatan menulis kita akan muncul kembali, memang sebagai penulis pemula kita pasti akan mengalami semangat yang naik turun, ketidak setabilan tersebut merupakan hal yang biasa dan banyak dialami oleh penulis pemula lainnya, apalagi kalau ditengah-tengah penggarapan ide bagus dan fresh saat awal tiba-tiba mati gaya ditengah-tengah, aduh .... rasanya ingin meninggalkan hobi ini deh ...
Wallahua'lam

Minggu, 17 Desember 2017

Menyibak Hikmah Dibalik Tradisi Tahlil


    Terdapat banyak kegiatan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat nahdliyin yang sampai saat ini masih dilestarikan, diantaranya adalah ritual tahlil, kegiatan khusus yang rutin dilaksanakan setiap malam Jumat dan yang bersifat insidentil kala ada hajat-hajat tertentu, ses-sesi kirim doa pada hari ke-7, ke-40, ke-100 hari kematian atau tepat setahunnya (haul), sepasaran, pernikahan bahkan kini mulai mewabah pada kegiatan ulang tahun.
      Tahlil terlaksana dengan cara shohibul bait atau pemilik hajat mengundang beberapa orang tetangga ke rumah untuk diminta membacakan kalimat-kalimat thayibah yang dipimpin oleh tokoh agama setempat atau imam yang telah ditunjuk oleh pemilik hajat, dan setelah acara selesai ditutup dengan acara ramah tamah sekaligus pemberian sedekah kepada peserta jamaah berupa sepaket nasi komplit beserta sayur dan lauknya, tak ketinggalan sekotak aneka jajanan dan snack.
       Walupun kini pelaksanaan tahlil sudah jarang dilakukan di daerah urban, akan tetapi di kampung-kampung masih banyak dijumpai aktifitas yang kini mulai diusik oleh kelompok-kelompok tertentu karena dianggap bid’ah, tidak berdasar atau mengada-ada, Rasulullah tidak pernah melakukan aktifitas tersebut, hujjah mereka, sungguh naif, padahal andai kegiatan tersebut kita telisik lebih dalam, memiliki beragam hikmah dan manfaat, diantaranya adalah;
Media kirim doa
       Diantara alasan banyak muslim nahdliyin tetap melestarikan tahlil adalah dikarenakan mereka memiliki hajat yang ingin tersampaikan, yaitu mengirim doa pada orang tua, famili atau kerabat yang telah wafat, karena diyakini salah satu media yang digunakan adalah dengan melakukan ritual tersebut, terkadang doa yang ingin disampaikan tidak hanya pada orang yang telah meninggal, tapi juga tujuan-tujuan lain seperti percepatan pencarian pekerjaan atau jodoh, pembukaan acara-acara besar dan acara lain yang pada intinya adalah media untuk penyampaian pahala dari kebaikan pembacaan kalimat-kalimat tayyibah yang telah terangkai dalam susunan ratib tahlil.
Sarana penyalur sedekah
       Selain untuk pengiriman doa, tahlil juga digunakan untuk sarana penyaluran sedekah, jamuan yang dilakukan oleh pemilik hajat tentunya digunakan untuk penghormatan kepada orang-orang yang telah diundang, selain untuk “mengganti” kerelaan mereka untuk hadir dan keikhlasan mereka dalam pembacaannya, penyaluran hidangan konsumsi juga memiliki nilai sedekah yang lagi-lagi pahala dari sedekah tersebut juga akan disampaikan pada tujuan diadakannya tahlil tersebut.
       Tingkat besarnya pahala yang tersampaikan akan menyangkut kualitas dari keikhlasan berbagai pihak, antara pemilik hajat, imam tahlil dan tentunya peserta jamaah, pemilik hajat dituntut keikhlasannya untuk ditempati dan pengeluaran sedekahnya, sang imam dituntut keikhlasannya dalam memandu acara mulai dari awal hingga selesai, dan peserta jamaah dituntut keikhlasannya untuk mengikuti imam dalam pelafalan bacaan-bacaannya, tentu hal ini akan menghasilkan mutu keikhlasan yang beragam, selain latar belakang, mereka juga memiliki tujuan-tujuan yang beraneka ragam.
Tempat bersosialisasi
       Orang-orang yang terbiasa mengikuti kegiatan rutinan tahlil dapat dipastikan memiliki sifat sosial yang tinggi, intensitas pertemuan antar peserta menghantarkan mereka pada label manusia sosial, ajang sharing tentang berbagai topik, mulai dari obrolan ringan sampai pada yang tergolong berat seperti pekerjaan, pendidikan, kasus aktual, dan isu-isu hangat lainnya, semua tertumpah ruah dalam satu kegiatan tersebut, peserta yang memiliki tipikal introvert, pendiam, pemalu atau individual level atas bisa mengasah jiwa sosialnya melalui kegiatan ini, karena mau tidak mau mereka akan berbaur menjadi satu dengan peserta yang lainnya pada sesi-sesi pra atau setelah acara.
Wadah organisasi 
       Selain memiliki kelebihan sebagaimana tersebut di atas, kegiatan tahlil juga identik dengan kegiatan organisasi, struktural kepengurusan yang menjadi ciri khas organisasi juga terbentuk di dalamnya, mulai dari ketua atau pimpinan jamaah, sekretaris, bendahara dan humas, jamaah-jamaah tersebut juga memiliki uang kas yang dapat digunakan untuk kepentingan organisasi itu sendiri ataupun kegiatan sosial lain di luar organisasi. rapat atau musyawarah antar pengurus dan anggota juga sering dilakukan baik bersifat rutin maupun kondisional, mereka memiliki peran-peran tersendiri dalam menjalankan roda organisasi tahlilan tersebut.
Survivor kultur
       Kegiatan tahlil yang berfungsi sebagai media pengiriman doa dengan pembacaan ayat-ayat dan kalimat-kalimat thayyibah yang telah berlaku merupakan warisan para ulama penghulu kita, kita sebagai penerus tentunya harus bisa melestarikan serta menjaganya agar tidak tergerus oleh masa dan generasi, pelaksanaan secara rutin merupakan bentuk apresiasi kepada para ulama yang tidak mudah dalam merintis kegiatan dimaksud. Kita juga harus bisa mengajarkan kepada generasi penerus kita sejak mereka belia, dengan cara diperkenalkan kapada tradisi tersebut, entah dengan mengajak mereka saat acara-acara tertentu atau dengan memberikan penjelasan kepada mereka tentang manfaat serta kegunaannya. Sehingga mereka terjaga dari faham-faham yang mengatakan kalau tahlil merupakan perbuatan sesat.
Bukti penghormatan
       Sebagaimna disampaikan dimuka, bahwasannya acara tahlil biasanya dengan mengundang tetangga sekitar atau kerabat dekat, dengan cara ini pelatihan serta pembuktian tentang toleransi antar tetangga memang benar-benar terasah, karena pada waktu tertentu giliran kita yang undang mereka untuk acara sejenis, kehadiran kita untuk memenuhi undangan merupakan sebuah penghormatan yang tiada tara, karena memang tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah dengan mendatangkan kita untuk dimintai kerelaannya membacakan ratib tahlil untuk hajat mereka.
       Dengan demikian, mengapa kita masih ragu serta goyah ketika ada beberapa kelompok yang menghujat kalau tahlil adalah sesat, bid’ah dan amalan yang tidak diajarkan Nabi, padahal dibalik aktifitas tersebut tersimpan sarat hikmah dan kemanfaatan yang dapat dipetik oleh banyak orang. wallahua’lam. Yusuf Hamidi, (e-mail : zusuv.hamidi@gmail.com)