Selasa, 31 Maret 2020

24 JAM

Malam Jum'at, tepatnya dalam perjalanan pulang dari mengajar di kampus, ada yang terasa aneh di sepeda saya, semacam oleng jika dikendarai, benar saja, setelah saya check, ternyata roda depan sepeda saya gembos, "Malam begini di mana ada tukang tambal ban" gumam saya saat itu.

Seketika saya teringat ada tukang tambal ban di daerah Kwajon yang buka 24 jam, dan dipaksa untuk dikendarai sampai lokasi kemungkinan masih bisa. Pikir saya.

Sepuluh menit berlalu, saya sudah sampai di tempat yang dituju. Di lokasi bukan pemiliknya yang ada, entah tetangga, famili atau mungkin orang yang mau tambal ban juga. Monggo pinarak riyen mas ...., Orang itu menimpali sembari bergegas pergi keluar. Dan beberapa waktu berlalu dapat dimengerti, bahwa orang itu adalah pelanggan yang sedang mengganti sementara selama pemilik bengkel melakukan perbaikan di rumahnya.

Sebuah bengkel yang tidak hanya melayani jasa perbaikan motor, namun juga melayani cuci motor, laundry, tambal ban, ganti oli dan penjualan beberapa suku cadang kendaraan. Sebuah paket komplit yang berkaitan dengan kendaraan bermotor.

Jika diamati, ada yang unik di tempat tambal ban itu, di jendela kaca bertuliskan buka 24 jam. Upaya peningkatan pelayanan pada pelanggan kapan pun tanpa ada jeda, karena ban bocor tidak melihat apakah jam kerja tukang tambal ban tutup atau buka.

Sepengetahuan saya, pelayanan publik yang buka 24 jam nonstop saat ini adalah IGD/UGD, SPBU, apotek, dan minimarket. Namun kini peningkatan pelayanan agaknya juga mulai merambah ke dunia reparasi roda kendaraan. Kerangka berpikirnya juga masih sama sebagaimana di atas, yaitu roda bocor tidak mengenal waktu, kapan pun dan di manapun, sehingga kesiapan menjual jasa juga harus diimbangi, yaitu kapanpun dan di manapun.

Konsep ini sebenarnya dapat dikembangkan ke berbagai hal, mulai dari pendidikan, pengembangan diri, ekonomi, gaya hidup dan lain sebagainya, harus ada peningkatan dan penambahan tanpa kenal waktu dan tempat.

Dalam hal pendidikan misalnya, peningkatan terhadap penguasaan materi harus terus diupayakan bertambah sebanyak dan sedalam mungkin, informasi dan pengetahuan kini juga harus detail dan luas, karena dengan begitu, manusia tidak akan jauh tertinggal dengan mobilisasi zaman.

Bergerak 24 jam menjadi alarm bahwa kualitas manusia harus tinggi, produktif dan berprogres, tiap hari harus terus berkarya dan tidak boleh malah semakin menurun, karena era dan zaman pun terus bergerak cepat tanpa memandang manusia mengikutinya atau tidak.

Hidup 24 jam juga seolah menjawab bahwa jatah waktu yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa harus benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya, menjalani hidup seolah setelah digit ke 24 sudah tidak ada lagi bilangan 25 dan seterusnya, artinya upaya pemaksimalan harus benar-benar diterapkan agar semakin terasa betapa mahalnya harga sebuah waktu dan kesempatan.

@myh

HARI MINGGU HARI KELUARGA

Hari minggu adalah hari libur. Untuk siapa? Untuk siapa saja yang terjadwal hari itu, bukan hanya umat kristiani saja, namun beberapa organisasi dan instansi yang bahkan milik umat muslim sekalipun juga ambil libur di hari minggu.

Dengan tanpa mengesampingkan bahwa hari minggu adalah hari ibadah bagi saudara kita yang menjalankannya, hari minggu menjadi hari libur nasional dan merupakan hari keluarga.

Di tempat penulis bekerja, kasusnya juga sama, tidak hanya pagi namun juga saat sore hari, seolah semua menata diri untuk menghindari penjadwalan pada hari Minggu/Ahad kendati sekolah berada di lingkungan pesantren.

Jika memang dipaksakan masuk, tingkat ketidak hadiran pada hari minggu terbilang cukup tinggi. Dampaknya, banyak kelas yang dimasuki oleh guru pengganti dan sebagian besar dari siswa senior di tingkat atas.

Hari minggu dikatakan hari keluarga, memang banyak yang mengiyakan, hari beristirahat dari rutinitas kesibukan sehari-hari, biasanya dijadikan ajang keluar rumah atau jalan-jalan bersama keluarga. Apalagi jika mengingat pada hari minggu, banyak destinasi wisata dan perbelanjaan yang "open house" dalam rangka menyambut mereka.

Lalu bagaimana dengan hari Jum'at? Terlebih bagi sekolah dan instansi di lingkungan pesantren yang mengambil hari Jum'at sebagai hari libur?.

Hari Jum'at, selain ditentukan sebagai hari libur, juga dijadikan hari persiapan ibadah shalat Jum'at, ibadah mingguan yang terletak pada sayyidul ayyam. Sebagai umat muslim tentu kita harus menyambutnya dengan penuh suka cita, karena di sana banyak berkah dan peluang pahala.

Terlepas dari itu semua, apapun harinya, tergantung dari kita untuk menyikapinya sekaligus menata dan memanfaatkan peluang yang ada untuk hal-hal yang positif dan berguna.

@myh

Kamis, 12 Maret 2020

YUK KERJA BERTARGET

Coba kita bayangkan, energi yang selama ini kita curahkan, pikiran yang kita tuangkan, semangat yang kita torehkan ternyata hasilnya hanya biasa dan begitu-begitu saja.

Apakah ada yang salah dengan sikap dan kinerja kita selama ini? Sehingga keseharian yang dijalankan tidak dapat berjalan optimal dan produktif, kesuksesan menjauh dan prestasi merendah.

Ya, karena dalam menjalankan pekerjaan kita setiap hari hanya sekedar menunaikan rutinitas, pasif dalam bertindak dan kerap hanya menunggu dari pada berperan aktif jemput bola.

Program yang dijalankan dibiarkan mengalir apa adanya, tanpa progres, tanpa target, tanpa evaluasi serta sepi dari inovasi dan kreativitas, kesemuanya menggelinding pelan tanpa arah dan tujuan.

Dengan sesadar-sadarnya, semua mengerti, setiap program yang hendak dijalankan membutuhkan progres yang pasti, kalkulasi yang matang dan perkembangan yang terukur, karena dengan itu, amunisi kesemangatan akan terus membumbung tinggi mengiringi.

Banyak peristiwa di sekitar kita yang menceritakan kejadian sebagaimana kasus di atas, dengan tanpa maksud menghujat dan hanya sekedar evaluasi, kesemuanya dapat diambil sebagai sebuah pelajaran yang sangat berharga.

Tidak perlu menggunakan akal cerdas untuk mencerna, pendidikan tinggi untuk menganalisa, atau jabatan penting untuk menilai, kerja tanpa target dapat dilihat oleh siapa saja bahkan bagi yang memiliki (maaf) pendek akal sekalipun, karena tak membutuhkan pikiran panjang untuk menerka.

Topik pembicaraan dapat dijadikan identifikasi seseorang bekerja tanpa target, tema yang dibahas hampir tidak banyak bercerita tentang pekerjaan yang diembannya. Ngobrol dari tempat satu pindah ke tempat lainnya dengan alur ngalor-ngidul yang penting terlihat kehadirannya.

Cara menjalankan aktivitas harian juga dapat dijadikan pijakan penilaian kerja tanpa target, mengada-ada pekerjaan yang tidak menghasilkan seolah menjadi kebiasaan yang tak mempan untuk diperingatkan.

Kesibukan yang dijalankan juga dapat dengan gamblang menguraikan jika ia bekerja tanpa target, tiap hari kesibukannya hanya scrolling HP dan menjawab media sosial yang tak berkaitan dengan pekerjaannya sembari sesekali mengangkat tema yang ia lihat pada orang-orang di sekitarnya.

Banyak waktu yang telah disediakan, banyak dana yang telah digelontorkan, dan juga banyak pengorbanan-pengorbanan  di sisi sana yang tiada dikenal bahkan dikenang, untuk itu yuk kita bekerja secara produktif melalui konsep kerja ber-target.

@myh

Senin, 02 Maret 2020

HIDUP PRODUKTIF

Semua manusia memiliki waktu yang sama, masing-masing diberi jatah waktu 24 jam, kuota itu diberikan tanpa memandang jenis, sifat, karakter, profesi dan segmen lain yang melengkapi dunia.

Namun dari kesempatan yang diberikan, tidak semua orang dapat menggunakan dan memanfaatkan jatah yang diberikan pada hal-hal positif.

Diperlukan strategi jitu untuk sekedar mengelola dan men setting bagaimana kesempatan yang ada dapat menghasilkan karya produktif di segala bidang.

Apapun latar belakangnya, apapun hobi dan bakatnya, waktu yang telah disediakan harus dimanfaatkan sebaik mungkin baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Konsep hidup produktif sebenarnya dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja, kesemuanya hanya bermodal kemauan bertindak dan kegigihan dalam menolak pelbagai halangan dan hambatan.

Mengapa itu penting? Ya, karena jika tanpa kemauan dan upaya maksimal, mustahil sebuah karya akan dihasilkan. Begitu juga jika kemauan itu tidak diimbangi dengan kegigihan menolak godaan, tidak mungkin sebuah prestasi dapat terealisasi.

Maka hidup produktif bagi kaum millenial menjadi urgen karena dunia kini membutuhkan itu, dan era ini berkaitan dengan itu.
Mari berkarya.