Terdapat
banyak kegiatan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat nahdliyin yang
sampai saat ini masih dilestarikan, diantaranya adalah ritual tahlil,
kegiatan khusus yang rutin dilaksanakan setiap malam Jumat dan yang bersifat
insidentil kala ada hajat-hajat tertentu, ses-sesi kirim doa pada hari ke-7,
ke-40, ke-100 hari kematian atau tepat setahunnya (haul), sepasaran,
pernikahan bahkan kini mulai mewabah pada kegiatan ulang tahun.
Tahlil
terlaksana dengan cara shohibul bait atau pemilik hajat mengundang
beberapa orang tetangga ke rumah untuk diminta membacakan kalimat-kalimat thayibah
yang dipimpin oleh tokoh agama setempat atau imam yang telah ditunjuk oleh
pemilik hajat, dan setelah acara selesai ditutup dengan acara ramah tamah
sekaligus pemberian sedekah kepada peserta jamaah berupa sepaket nasi komplit beserta
sayur dan lauknya, tak ketinggalan sekotak aneka jajanan dan snack.
Walupun
kini pelaksanaan tahlil sudah jarang dilakukan di daerah urban, akan tetapi
di kampung-kampung masih banyak dijumpai aktifitas yang kini mulai diusik oleh
kelompok-kelompok tertentu karena dianggap bid’ah, tidak berdasar atau
mengada-ada, Rasulullah tidak pernah melakukan aktifitas tersebut, hujjah
mereka, sungguh naif, padahal andai kegiatan tersebut kita telisik lebih dalam,
memiliki beragam hikmah dan manfaat, diantaranya adalah;
Media kirim doa
Diantara
alasan banyak muslim nahdliyin tetap melestarikan tahlil adalah
dikarenakan mereka memiliki hajat yang ingin tersampaikan, yaitu mengirim doa
pada orang tua, famili atau kerabat yang telah wafat, karena diyakini salah
satu media yang digunakan adalah dengan melakukan ritual tersebut, terkadang
doa yang ingin disampaikan tidak hanya pada orang yang telah meninggal, tapi
juga tujuan-tujuan lain seperti percepatan pencarian pekerjaan atau jodoh,
pembukaan acara-acara besar dan acara lain yang pada intinya adalah media untuk
penyampaian pahala dari kebaikan pembacaan kalimat-kalimat tayyibah yang
telah terangkai dalam susunan ratib tahlil.
Sarana penyalur sedekah
Selain
untuk pengiriman doa, tahlil juga digunakan untuk sarana penyaluran
sedekah, jamuan yang dilakukan oleh pemilik hajat tentunya digunakan untuk
penghormatan kepada orang-orang yang telah diundang, selain untuk “mengganti”
kerelaan mereka untuk hadir dan keikhlasan mereka dalam pembacaannya,
penyaluran hidangan konsumsi juga memiliki nilai sedekah yang lagi-lagi pahala
dari sedekah tersebut juga akan disampaikan pada tujuan diadakannya tahlil
tersebut.
Tingkat
besarnya pahala yang tersampaikan akan menyangkut kualitas dari keikhlasan
berbagai pihak, antara pemilik hajat, imam tahlil dan tentunya peserta
jamaah, pemilik hajat dituntut keikhlasannya untuk ditempati dan pengeluaran
sedekahnya, sang imam dituntut keikhlasannya dalam memandu acara mulai dari
awal hingga selesai, dan peserta jamaah dituntut keikhlasannya untuk mengikuti
imam dalam pelafalan bacaan-bacaannya, tentu hal ini akan menghasilkan mutu keikhlasan
yang beragam, selain latar belakang, mereka juga memiliki tujuan-tujuan yang
beraneka ragam.
Tempat bersosialisasi
Orang-orang
yang terbiasa mengikuti kegiatan rutinan tahlil dapat dipastikan
memiliki sifat sosial yang tinggi, intensitas pertemuan antar peserta
menghantarkan mereka pada label manusia sosial, ajang sharing tentang
berbagai topik, mulai dari obrolan ringan sampai pada yang tergolong berat
seperti pekerjaan, pendidikan, kasus aktual, dan isu-isu hangat lainnya, semua
tertumpah ruah dalam satu kegiatan tersebut, peserta yang memiliki tipikal introvert,
pendiam, pemalu atau individual level atas bisa mengasah jiwa sosialnya melalui
kegiatan ini, karena mau tidak mau mereka akan berbaur menjadi satu dengan
peserta yang lainnya pada sesi-sesi pra atau setelah acara.
Wadah organisasi
Selain
memiliki kelebihan sebagaimana tersebut di atas, kegiatan tahlil juga
identik dengan kegiatan organisasi, struktural kepengurusan yang menjadi ciri
khas organisasi juga terbentuk di dalamnya, mulai dari ketua atau pimpinan jamaah,
sekretaris, bendahara dan humas, jamaah-jamaah tersebut juga memiliki uang kas
yang dapat digunakan untuk kepentingan organisasi itu sendiri ataupun kegiatan
sosial lain di luar organisasi. rapat atau musyawarah antar pengurus dan
anggota juga sering dilakukan baik bersifat rutin maupun kondisional, mereka
memiliki peran-peran tersendiri dalam menjalankan roda organisasi tahlilan
tersebut.
Survivor kultur
Kegiatan tahlil
yang berfungsi sebagai media pengiriman doa dengan pembacaan ayat-ayat dan
kalimat-kalimat thayyibah yang telah berlaku merupakan warisan para
ulama penghulu kita, kita sebagai penerus tentunya harus bisa melestarikan
serta menjaganya agar tidak tergerus oleh masa dan generasi, pelaksanaan secara
rutin merupakan bentuk apresiasi kepada para ulama yang tidak mudah dalam
merintis kegiatan dimaksud. Kita juga harus bisa mengajarkan kepada generasi
penerus kita sejak mereka belia, dengan cara diperkenalkan kapada tradisi
tersebut, entah dengan mengajak mereka saat acara-acara tertentu atau dengan
memberikan penjelasan kepada mereka tentang manfaat serta kegunaannya. Sehingga
mereka terjaga dari faham-faham yang mengatakan kalau tahlil merupakan
perbuatan sesat.
Bukti penghormatan
Sebagaimna
disampaikan dimuka, bahwasannya acara tahlil biasanya dengan mengundang
tetangga sekitar atau kerabat dekat, dengan cara ini pelatihan serta pembuktian
tentang toleransi antar tetangga memang benar-benar terasah, karena pada waktu
tertentu giliran kita yang undang mereka untuk acara sejenis, kehadiran kita untuk
memenuhi undangan merupakan sebuah penghormatan yang tiada tara, karena memang
tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah dengan mendatangkan kita untuk
dimintai kerelaannya membacakan ratib tahlil untuk hajat mereka.
Dengan demikian,
mengapa kita masih ragu serta goyah ketika ada beberapa kelompok yang menghujat
kalau tahlil adalah sesat, bid’ah dan amalan yang tidak diajarkan
Nabi, padahal dibalik aktifitas tersebut tersimpan sarat hikmah dan kemanfaatan
yang dapat dipetik oleh banyak orang. wallahua’lam. Yusuf Hamidi, (e-mail
: zusuv.hamidi@gmail.com)