Jumat, 17 April 2020

BAKSO ORA ENAK, Antara Kualitas dan Kuantitas

Turun dari bus jalan raya Nganjuk-Surabaya menuju sebuah halte sebelah stadion Baron, mata saya tertuju pada sebuah kedai bakso di sebelah jalan raya.

Namanya yang unik dan aneh sempat menarik perhatian semua orang. Iya, kedai bakso itu bernama "BAKSO ORA ENAK" tercetak lebar dalam sehelai kain menutupi bagian depan lapak. Karena namanya yang menggelitik, banyak kemudian yang penasaran dan mencoba bakso yang dijual 8000 per mangkuk plus dengan es tehnya.

Secara prinsip dan logis, berdagang kuliner adalah menjual rasa, rasa yang enak dan digemari banyak orang akan menjadi tujuan utama penjual kuliner tersebut termasuk di antaranya bakso. Jadi tidak mungkin penjual mengkampanyekan kalau dagangan yang dijual belikan memiliki rasa tidak enak.

Namun penjual bakso di dekat halte Baron itu tidak mengambil sikap demikian, ia menangkap target agar konsumen dibuat penasaran dengan lebel nama di lapaknya, sehingga konsumen pun mau mencoba rasa dari bakso tersebut.

Sebenarnya perlu untuk digaris bawahi dari langkah yang diambil oleh penjual tersebut, satu sisi dinilai bagus, karena dalam berjualan pemilik kedai tidak asal jual, namun ada manajemen dan strategi yang dijalankan, itu berarti segala hal yang dijalankan telah melalui proses manajerial minimal perencanaan dan evaluasi.

Akan tetapi sekali lagi, berdagang bakso adalah jualan rasa, jika target hanya membuat konsumen penasaran dan tidak diimbangi dengan kualitas rasa dari produk yang dijual, maka sekali coba dijamin pembeli tidak akan kembali lagi, karena rasa penasaran sudah terbayar.

Namun jika rasa dari bakso tersebut memang benar-benar istimewa, maka penjual benar-benar berhasil membuat konsep penjualan yang baik, jika sudah demikian penjual baru akan berdatangan dan pelanggan setia tidak akan berpindah ke lain hati.

Lalu bagaimana dengan rasa "Bakso Ora Enak" di sebelah halte stadion Baron?, Entahlah .... sampai kini, penulis juga belum tahu, karena belum pernah tergoda untuk makan di kedai itu.

@myh