Kamis, 05 April 2018

BELAJAR DARI KPM 2017




                Setelah ditugaskan oleh pihak STAIDA untuk mendampingi para mahasiswa dalam melakukan kegiatan kuliah pengabdian Masyarakat, banyak sekali pembelajaran yang dapat penulis ambil dari kegiatan tersebut mulai dari karakter setiap personil KPM, karakter tokoh Masyarakatnya, antar panitia, tim monef juga antar DPL/DP.

                Pembelajaran dari peserta penulis ambil pada sikap pemberaninya kordes dalam menghadapi apa dan siapapun, kadang aku juga merasa iri, iri dalam artian saya kembalikan kepada penulis sendiri, seusianya, mungkin penulis belum mampu untuk melakukannya, dan kalau diambil pelajaran pada pribadi penulis, mengapa kadang banyak kesempatan yang datang pada penulis selalu ditolak dengan alasan tidak mampu, entah ketidak mampuan tersebut Karena memang betul-betul tidak mampu atau mungkin sebagai alasan karena diliputi rasa takut, takut salah, takut tidak sukses dan ketakutan lainnya.

                Kemahiran dia dalam menyelesaikan masalah memang patut untuk diacungi jempol, walau kadang dalam memimpin masih terdapat sifak kekanak-kanakannya, tapi hal itu tidak menjadikannya lemah dalam memimpin kegiatan yang tengah atau akan dijalankan. Mungkin ini adalah cara Allah untuk memberikan pembelajaran pada penulis, tidak melalui bangku sekolah, buku atau teori namun berupa pembelajaran real yang langsung tampak di depan mata.

                Pembelajaran dari masyarakat yang dapat penulis ambil adalah dalam bermasyarakat tidak semua ilmu yang didapat dari pondok dapat pula kita terapkan secara langsung pada masyarakat, Karena di dalam masyarakat memiliki karakter yang beragam, sehingga budaya serta kebiasaan yang berlakupun juga tidak sama, ukuran baik di daerah satu belum tentu bernilai baik di daerah lain, tata cara yang dianggap baik oleh kesepakatan dan aturan lembaga, juga belum tentu dianggap baik oleh budaya yang ada di Masyarakat, sehingga harus pandai-pandai menyikapi segala masalah yang tengah terjadi agar konflik tidak mengiringi perjalanan berikutnya.

                Masyarakat yang dijadikan obyek sasaran juga memiliki karakter dan sikap suka berkelompok-kelompok, baik dari tokoh  masyarakat maupun dari perangkat desa, hal itu sudah menjadi rahasia umum yang telah banyak dikatahui orang. Bahkan sang tokoh agama yang seharusnya dijadikan sebagai figurpun juga memiliki karakter demikian, terbukti di tengah-tengah acara KPM berlangsung kala para mahasiswa bersama-sama pengurus cabang IPNU dan IPPNU Kertosono menggelar acara rutin berbentuk seminar kepemimpinan, salah satu tokoh agama masyarakat setempat yang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan lokasi acara juga tidak ikut berpartisipasi, gambaran demikian juga merupakan pembelajaran mahal dan berharga baik buat penulis, mahasiswa atau peserta KPM dan bahkan pihak kampus.

                Pengalaman yang juga tidak kalah serunya adalah adanya gojlokan, persaingan sekaligus saling memberi inspirasi pada semua program-program yang dijadikan andalan peserta KPM. Dengan kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing DPL/DP mereka dapat memantau dan mengontrol dari jarak dekat bagaimana proses KPM tersebut berjalan. Walaupun bully juga sering diangkat dalam tema WA Group yang dibentuk secara khusus sebagai penghubung antara panitia, DPL/DP, Tim monev dan petinggi lembaga, hasil tim moonev dalam mewawancarai secara langsung pada peserta KPM yang dijawab dengan polos dan lugu kadang menjadi modal tema dalam meramaikan group tersebut.

                Hingga pada akhirnya kegiatan tersebut berakhir dengan tanpa adanya evaluasi kegiatan yang diikuti oleh semua panitia, tim monev dan dpl/dp. Padahal itu yang ditunggu-tunggu untuk dijadikan sebagai bekal penulis pada KPM berikutnya.

Referensi program dan kegiatan kadang perlu untuk menerapkan ATM, amati, tiru dan modifikasi, hal itu memang tepat digunakan oleh individu seperti penulis yang mungkin banyak sekali memiliki kekurangan.

                Amati, ya … itu mungkin perangkat satu-satunya yang dijadikan modal karena belum mampu secara kreatif menghasilkan secara pribadi, jadi andalan utamanya adalah mengamati hal-hal menarik di sekitar kita, kemudian dilanjutkan cara yang kedua, yaitu meniru.
                Meniru merupakan sambungan dari cara pertama, masih dengan motif yang sama, karena belum adanya kemampuan untuk menghasilkan karya secara mandiri, maka harus melirik sana-sini kemudian ditiru, agar tidak dikatakan plagiasi atau menjiplak karya orang lain, maka harus dilengkapi dengan langkah berikutnya.

                Modifikasi, Setelah diamati dan ditiru, vonis sebagai plagiat sangatlah potensial, untuk menghindari hal tersebut, maka perlu adanya modifikasi, selain itu, barang yang tidak benar-benar baru tersebut telah layak dikatakan kreatif.

Semoga bermanfaat.