Setelah
ditugaskan oleh pihak STAIDA untuk mendampingi para mahasiswa dalam melakukan
kegiatan kuliah pengabdian Masyarakat, banyak sekali pembelajaran yang dapat
penulis ambil dari kegiatan tersebut mulai dari karakter setiap personil KPM, karakter
tokoh Masyarakatnya, antar panitia, tim monef juga antar DPL/DP.
Pembelajaran
dari peserta penulis ambil pada sikap pemberaninya kordes dalam menghadapi apa
dan siapapun, kadang aku juga merasa iri, iri dalam artian saya kembalikan
kepada penulis sendiri, seusianya, mungkin penulis belum mampu untuk
melakukannya, dan kalau diambil pelajaran pada pribadi penulis, mengapa kadang
banyak kesempatan yang datang pada penulis selalu ditolak dengan alasan tidak
mampu, entah ketidak mampuan tersebut Karena memang betul-betul tidak mampu
atau mungkin sebagai alasan karena diliputi rasa takut, takut salah, takut
tidak sukses dan ketakutan lainnya.
Kemahiran
dia dalam menyelesaikan masalah memang patut untuk diacungi jempol, walau
kadang dalam memimpin masih terdapat sifak kekanak-kanakannya, tapi hal itu
tidak menjadikannya lemah dalam memimpin kegiatan yang tengah atau akan
dijalankan. Mungkin ini adalah cara Allah untuk memberikan pembelajaran pada
penulis, tidak melalui bangku sekolah, buku atau teori namun berupa
pembelajaran real yang langsung tampak di depan mata.
Pembelajaran
dari masyarakat yang dapat penulis ambil adalah dalam bermasyarakat tidak semua
ilmu yang didapat dari pondok dapat pula kita terapkan secara langsung pada masyarakat,
Karena di dalam masyarakat memiliki karakter yang beragam, sehingga budaya
serta kebiasaan yang berlakupun juga tidak sama, ukuran baik di daerah satu
belum tentu bernilai baik di daerah lain, tata cara yang dianggap baik oleh
kesepakatan dan aturan lembaga, juga belum tentu dianggap baik oleh budaya yang
ada di Masyarakat, sehingga harus pandai-pandai menyikapi segala masalah yang
tengah terjadi agar konflik tidak mengiringi perjalanan berikutnya.
Masyarakat
yang dijadikan obyek sasaran juga memiliki karakter dan sikap suka berkelompok-kelompok,
baik dari tokoh masyarakat maupun dari
perangkat desa, hal itu sudah menjadi rahasia umum yang telah banyak dikatahui
orang. Bahkan sang tokoh agama yang seharusnya dijadikan sebagai figurpun juga
memiliki karakter demikian, terbukti di tengah-tengah acara KPM berlangsung
kala para mahasiswa bersama-sama pengurus cabang IPNU dan IPPNU Kertosono
menggelar acara rutin berbentuk seminar kepemimpinan, salah satu tokoh agama
masyarakat setempat yang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan lokasi acara
juga tidak ikut berpartisipasi, gambaran demikian juga merupakan pembelajaran
mahal dan berharga baik buat penulis, mahasiswa atau peserta KPM dan bahkan
pihak kampus.
Pengalaman
yang juga tidak kalah serunya adalah adanya gojlokan, persaingan sekaligus
saling memberi inspirasi pada semua program-program yang dijadikan andalan
peserta KPM. Dengan kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing DPL/DP mereka
dapat memantau dan mengontrol dari jarak dekat bagaimana proses KPM tersebut berjalan.
Walaupun bully juga sering diangkat dalam tema WA Group yang dibentuk secara
khusus sebagai penghubung antara panitia, DPL/DP, Tim monev dan petinggi
lembaga, hasil tim moonev dalam mewawancarai secara langsung pada peserta KPM
yang dijawab dengan polos dan lugu kadang menjadi modal tema dalam meramaikan
group tersebut.
Hingga
pada akhirnya kegiatan tersebut berakhir dengan tanpa adanya evaluasi kegiatan
yang diikuti oleh semua panitia, tim monev dan dpl/dp. Padahal itu yang
ditunggu-tunggu untuk dijadikan sebagai bekal penulis pada KPM berikutnya.
Referensi
program dan kegiatan kadang perlu untuk menerapkan ATM, amati, tiru dan
modifikasi, hal itu memang tepat digunakan oleh individu seperti penulis yang
mungkin banyak sekali memiliki kekurangan.
Amati,
ya … itu mungkin perangkat satu-satunya yang dijadikan modal karena belum mampu
secara kreatif menghasilkan secara pribadi, jadi andalan utamanya adalah
mengamati hal-hal menarik di sekitar kita, kemudian dilanjutkan cara yang
kedua, yaitu meniru.
Meniru
merupakan sambungan dari cara pertama, masih dengan motif yang sama, karena belum
adanya kemampuan untuk menghasilkan karya secara mandiri, maka harus melirik
sana-sini kemudian ditiru, agar tidak dikatakan plagiasi atau menjiplak karya
orang lain, maka harus dilengkapi dengan langkah berikutnya.
Modifikasi,
Setelah diamati dan ditiru, vonis sebagai plagiat sangatlah potensial, untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu adanya modifikasi, selain itu, barang yang
tidak benar-benar baru tersebut telah layak dikatakan kreatif.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar