Minggu, 19 Agustus 2018

OPENING CEREMONY ASIAN GAMES 2018

sumber gamber: Jawa Pos

Satu demi satu perwakilan dari berbagai negara peserta Asian Games 2018 diarak di depan ribuan penonton yang memenuhi Gelora Bung Karno (GBK).

Semangat membara serta bangga menjadi warga negara Indonesia merasuk tanpa sadar ke dalam dada saat 800 kontingen Indonesia masuk panggung megah berkonsep gunung tersebut.

Gegap gempita membahana ke seluruh penjuru mengiringi acara opening ceremonial Asian Games Jakarta Palembang 2018 di GBK Jakarta.

Suasana semakin semarak saat Via Vallen menyanyikan lagu berjudul Mengapai Mimpi, lagu wajib Asian Games ini menyampaikan pesan semangat, optimis dan sportifitas dalam bertanding.

Dalam acara tersebut juga ditampilkan beragam tarian kebudayaan Indonesia, melibatkan ratusan koreografer dan puluhan artis seperti Raisa, Rosa, Fatin, Ariel Noah, Rian d'Masiv, Cakra Khan dan artis papan atas lainnya.

Suasana semakin semarak karena diiringi orkestra pimpinan Adi NS. juga dilengkapi dengan lighting yang futuristik. Tradisional-Modern seolah berkumpul menyatu menjadi sajian yang sangat epik dan menarik.

Turut hadir dalam acara tersebut para petinggi negara-negara peserta Asian Games, tak ketinggalan Presiden dari tuan rumah, Ir H. Joko Widodo beserta Ibu. Bahkan Pak Jokowi sesekali ikut bergoyang bergembira mengikuti alunan musik yang menggema.

Acara ini terbilang sukses karena ditangani langsung oleh para profesional di bidangnya. Tangan-tangan ahli berperan dibalik suksesnya acara pembukaan tersebut seperti  Budayawan, seniman, design lighting dan sebagainya.

Semoga kesuksesan acara opening ceremonial yang menghabiskan banyak dana, waktu, tenaga dan pikiran ini dapat menular pada kesuksesan peserta dari Indonesia dalam memenangkan semua cabang pertandingan. Amin.

@myh

OLAH RAGA OLAH JIWA

Sumber Gambar: kbknews.id

Setiap hari seolah satu demi satu karyawan Kantor bergantian sakit. Sejumlah karyawan harus beristirahat di rumah bahkan ada beberapa yang harus dirawat di rumah sakit.

Cuaca yang tidak menentu diduga menjadi faktor utama mewabahnya berbagai penyakit. Daya tahan tubuh yang melemah seolah turut serta mengundang penyakit yang menggejala.

"Aku tidak boleh sakit, banyak tugas dan tanggungjawab yang harus aku rampungkan." Gumamku dalam hati setelah tahu karyawan yang sakit bertambah lagi.

Beberapa target dan langkah aku tentukan, menjaga pola makan, tidur yang cukup, minum air putih yang banyak dan terakhir "olah raga".

Ya. Olah raga. Aktivitas yang terbilang jarang aku lakukan, apalagi pekerjaanku sehari-hari tidak banyak bersentuhan dengan aktivitas fisik.

Pernah beberapa kali mencoba untuk konsisten olah raga dengan jogging setiap ba'da subuh, namun aktivitas itu tidak dapat berjalan lama, maksimal empat hari. Setelah itu tertunda dan berhenti dengan alasan "kesibukan".

Efek dari olah raga memang nyata dan terasa seketika itu juga, tidak hanya raga namun juga meluas ke emosi dan jiwa.

Olah raga tidak hanya tentang mengelola fisik namun juga menyeimbangkan dan mengasah mental. Tidak heran, olah raga menjadi pelarian bagi sebagian orang yang ingin terbina mental dan pikiran positifnya.

Setelah hari ini ku mulai kembali jadwal-jadwal tersebut, kesemangatan muncul lebih kuat setelah hari ini semua staf di MU absen tinggal aku yang masuk seorang diri.

Semoga sehat selalu untukku, kami dan kita semuanya. Amin

@myh

MELEBUR RINDU YANG MENDAHAGA BERSAMA KELUARGA


Jum'at dan Selasa adalah hari yang ditunggu oleh sebagian para santri. Karena pada hari tersebut mereka berkesempatan untuk bertemu dengan keluarga atau familinya.

Dua hari itu dipilih karena para santri libur dari segala kegiatan akademiknya. Momen itu kemudian dimanfaatkan pihak keluarga untuk berkunjung dan menemui putra putrinya.

Suasana riang dan canda tawa di beberapa sekumpulan keluarga seolah turut menghias luasnya ruang tamu yang telah disediakan pihak pondok.

Beberapa keluarga ada yang dengan sengaja membawa segala macam makanan dan makan bersama sekeluarga layaknya suasana piknik.

Sebuah pemandangan yang teduh dan mengasyikkan seolah tak dapat ditemui di tempat lain.

Kegembiraan yang hanya dapat dirasakan oleh santri yang harus jauh dan berpisah dengan orang-orang yang menyayanginya.

Menempatkan di pesantren merupakan wujud rasa sayang kepada sang anak. Dengan menepis rasa kangen dan ketidak tegaan, mereka ikhlas dan rela demi kepentingan putra putrinya dan kewajiban orang tuanya.

Namun ada juga santri yang terlihat sedih dan sesekali menangis manja kepada orang tua mereka, mungkin karena minta pulang atau jalan-jalan keluar, atau mungkin juga minta boyong.

Dinamika sisi lain pesantren yang layak untuk di potret, dilestarikan dan disimpan sebagai khazanah budaya pesantren.

@myh

SAAT BELAJAR MENJADI BAHAN EJEKAN

Sumber Gambar: pesantrenku.com

"Kenapa nggak bisa baca? Belum dibaca ya sebelumnya?." Tanyaku malam itu pada salah satu siswa.
"Tadinya mau belajar pak, saat ambil kitab hendak belajar sama temen-temen diejekin, sok alim katanya." Sahutnya sambil menjelaskan.
"Trus kamu mensikapinya bagaimana?." Sambungku.
"Ya nggak jadi belajar pak. Kirab saya taruh kembali, karena Saya jadi bahan ejekan dan tawaan." Jelasnya  sambil tersipu malu.

Dinamika pendidikan kini memang sangat memprihatinkan, penurunan semangat belajar tidak hanya melanda pendidikan formal an sigh, namun juga mewabah ke pesantren.

Peristiwa di atas merupakan satu di antara beberapa kasus yang jika tidak segera ditangani akan berdampak luar biasa terhadap kemajuan pendidikan.

Karena secara fakta iklim dan suasana akademis harus dengan serius dicipta, dibangun dan dijaga agar peserta didik benar-benar merasakan atmosfir pembelajaran.

Menggelitik memang, saat aktivitas utama dilakukan direspon dengan ejekan dan cemoohan. Lalu apa yang hendak dicari?. Siapa yang seharusnya ditertawakan?.

Tentu aneh jika ada orang yang mengejek dan menertawakan seorang petani pembawa cangkul yang hendak mencangkul sawah.

Petani tersebut akan mencapai tujuan bertani jika ia acuh terhadap pengaruh dari luar, sebaliknya ia akan gagal bertani jika ia memilih untuk kembali dan mengganti cangkulnya dengan pena, sendok atau benda lainnya.

Ketetapan hati dan kegigihan kemauan santri seolah sedang diuji. Ejekan dan cemoohan harus dihadapi dengan keseriusan dan kembali kepada niat semula.

Andai dipandang dari sisi menang kalah, dapat dilihat siapa yang lebih kuat dan siapa yang menjadi korban, santri yang mengejek atau sebaliknya.

Jika santri yang diejek berhenti dan dan urung untuk belajar, maka pengejek yang menang, namun andai santri yang diejek tak menggubris stigma negatif dari luar, maka santri tersebutlah yang menang dan terbukti kemantaban hatinya dalam belajar.

@myh

AKHIRNYA PERSEGA TERBENTUK

Sumber gambar: manajemen.bisnis.com

Perdebatan alot itu berlangsung cukup lama untuk memilih siapa yang layak untuk menduduki posisi teratas di PERSEGA.

Ya Persatuan Sekretaris selingkungan YIGA itu telah dibentuk, namun tim formatur masih menentukan siapa yang akan didaulat untuk menahkodai organisasi yang bakal ikut mewarnai citra Yayasan tersebut.

Sederet nama muncul kepermukaan sesuai dengan kapasitas dan keahliannya masing-masing. Kesemuanya seolah saling memenuhi sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan oleh tim formatur.

Suasana rapat di pagi yang cerah itu terasa begitu sakral dan formal karna diikuti oleh para petinggi dari unsur Yayasan, Madrasah dan juga pondok baik putra maupun putri.

PERSEGA digadang-gadang akan dapat mengontrol dan mengawal perbaikan tata kelola administrasi dan rumah tangga unit bagi anggotanya, yakni semua sekretaris dan staf administrasi di semua unit pendidikan di bawah naungan YIGA.

Gagasan itu muncul setelah mengkaji banyaknya masukan baik dari kalangan internal maupun eksternal Yayasan. Karena tidak dapat dipungkiri, eksistensi administrasi di dunia pendidikan kini tak kalah pentingnya dengan proses KBM itu sendiri.

Pihak Yayasan mengapresiasi segala bentuk masukan tersebut, terutama dari para alumni dan wali santri dengan langkah sigap segera membentuk tim formatur.

Di antara visi misi yang akan dijalankan adalah program akreditasi regional yang pernah di gagas sebelumnya. Program tersebut diharapkan akan dapat menstandartkan pengelolaan hal ihwal perkantoran.

Workshop peningkatan dan pengembangan SDM perkantoran dengan mengundang psikolog dan profesional juga akan digelar secara berkala. Target dari kegiatan tersebut adalah untuk menempa kepribadian para karyawan menjadi tenaga berbudaya kerja dan produktif.

Dalam waktu-waktu tertentu juga akan mendelegasikan beberapa karyawan untuk mengikuti pelatihan di luar. Berwawasan luas, open mind dan tidak hanya jago kandang menjadi prospek kegiatan ini.

Tim dari kalangan akademik juga dibentuk untuk menyusun sebuah buku panduan tentang tata kelola kearsipan yang akan menjadi rujukan para staf dalam bekerja.

Penggunaan manual book tersebut akan dapat menjadi tolak ukur dalam menilai hasil kerja sehari-hari para karyawan. Dan sebaliknya para karyawan yang tidak bekerja sebagaimana prosedural akan dapat ditegur dengan dasar buku tersebut.

Buku rujukan teramat penting karena juga sebagai "peta" para karyawan baru dalam menjalankan tugas yang baru mereka emban, tidak hanya dihadapkan pada komputer tanpa acuan kerja yang jelas, kesan "mencari-cari" pekerjaan pun dapat dihindari.

Program-program tersebut dibentuk bukan tanpa alasan. Karena memang selama ini para karyawan bekerja berdasarkan kemauan dan kemampuannya masing-masing.

Mereka-mereka yang "berkemauan" akan bekerja dengan target-target tertentu bermodal kreativitasnya sendiri untuk menghasilkan sebuah karya inovasi demi kemajuan institusi.

Namun sebaliknya bagi yang berkemauan rendah akan bekerja sekehendaknya sendiri, yang penting memperlihatkan diri masuk kerja dengan mengerjakan tugas yang "dibuatnya" sendiri.

Mensikapi ini, tentu pimpinan akan mengalami kesulitan untuk mengukur dan menilai "hasil" dari fungsi tugasnya masing-masing.

Dalam PERSEGA juga mencanangkan pemberian reward dan punishment pada tiap anggotanya. Tujuan dari diberlakukannya terobosan ini tidak lain hanya untuk menstimulus kerja dan kinerja para karyawan.

Asshalatu wassalaamu 'alaiiik ....
Remang-remang terdengar lantunan suara yang tiap hari terdengar. Sambil mengumpulkan kesadaran aku terbangun dari mimpi di malam hari itu .... loalah ...

@myh

EKSISTENSI DOSEN BADAL STAIDA

Sumber gambar: mediasiar

Upaya para pimpinan untuk menjaga kelas agar selalu terisi atau dengan menekan seminimal mungkin adanya kelas kosong menjadi titik awal dibentuknya Asdos atau lebih dikenal dengan istilah dosen badal.

Sejumlah tenaga muda dengan kualifikasi pendidikan S2 dipersiapkan untuk dapat masuk sewaktu-waktu jika dosen yang bersangkutan berhalangan untuk hadir.

Selain menjaga agar tidak ada kelas kosong di kampus, mereka juga diberdayakan untuk "belajar" mengajar dalam status dosen badal.

Gagasan ini dilaksanakan bukan dalam rangka membuka peluang lebar-lebar bagi para dosen untuk ijin, Namun semata dalam rangka mengawal gerakan tanpa kelas kosong yang menjadi ciri khas unit pendidikan di YIGA.

Namun belakangan agaknya keberadaan dosen badal sudah mengalami pergeseran fungsi. Dosen badal kini sudah banyak yang memiliki kelas sendiri sebagaimana dosen sebenarnya.

Beberapa dosen dengan status "single" nya juga terbatas masuknya, hanya pada hari Sabtu, Ahad dan Senin atau saat jam putra juga sebaliknya untuk dosen badal putri, Itupun belum terpotong masuk kelasnya sendiri.

Hal itu berdampak pada respon tiap harinya. Saat ada dosen yang izin, oleh penanggung jawab dosen badal hanya dijawab "Geh. Kelas di isi oleh dosen badal jika masih ada".

Menurut data, saat ini ada sekitar sembilan dosen badal yang disiapkan, 5 untuk tarbiyah dan 5 untuk Syariah. Namun semua tetap dalam batasan-batasan jadwal masuknya. Juga bertugas saat ia tidak mengajar di kelasnya.

Khafidzul Umami, M.H memiliki 9 jam tatap muka perminggu, itupun belum termasuk kelas bahasa Arab dan bahasa Inggris yang pelaksanaannya juga pada jam kuliah.

Asikul In'am, M.Pd memiliki 6 jam tatap muka perminggu. Badal tarbiyah inipun masih harus mengurus sirkulasi peminjaman buku di perpustakaan kampus.

Abdul Khafid Miftahuddin, M.H mempunyai jadwal 6 jam tatap muka perminggu. Badal khusus Syariah ini juga selain masih single juga masih bermukim di Pondok, jadi hanya bisa masuk saat jam putra saja.

Abd. Kholik, M.Pd memiliki 7 jam tatap muka perminggu. Badal khusus masuk ke Tarbiyah ini sebagaimana penulis yang saat ini memiliki 17 jam tatap muka perminggu.

Sisa dari dosen badal lainnya yaitu M. Shinwanuddin, M.H memiliki 3 jam tatap muka perminggu, Maratus Sholikah yang memiliki 6 jam tatap muka perminggu serta Nurulli Faturrahmah dengan 2 jam tatap muka perminggu, ketiganya masuk hanya tiga hari sebagaimana jadwal.

Dosen badal lain yang belum memiliki jam dan kelas adalah Afiful Huda, M.H dan M. Mustaqim, M.H. keduanya khusus masuk di Syariah namun hanya saat jadwal putra saja. Dan dari tarbiyah kosong.

Dari yang sudah terlaksana, karena banyak dosen yang tidak siap masuk hari Ahad, konsekwensinya adalah dengan banyak memasukkan dosen badal sebagai dosen kelas. Dan secara otomatis dosen badal minipis atau benar-benar kosong.

Dan bagaimana jika dosen badalnya izin????

@myh