Minggu, 29 April 2018

SHOFA Karyawan Kantor Pembawa Map




 Sumber gambar : Vestirama.ru



Bisa dibilang karyawan termuda kedua setelah Bapak Sunardi, yang dulu perekrutannya di kantor cukup unik sepanjang pengetahuan saya, yaitu pengangkatan yang tak disengaja karena ia terjadwal jaga liburan sebagai bentuk pengabdian rekan tamatan, ya … jaga liburan (catet itu) dan kebetulan pendaftaran siswa baru di sekretariat PSB membeludak kala itu, sehingga menuntut adanya percepatan perekapan dan akumulasi data siswa baru, sehingga memanfaatkan tenaga dari petugas jaga liburan di area al Ummah.

Namun berawal dari ketidaksengajaan tersebut, akhirnya penetapan sebagai karyawan dilanjutan hingga ditempatkan di salah satu unit pendidikan di bawah naungan Yayasan Islam al Ghozali, yaitu Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Itulah sekelumit cerita dari awal karir seorang karyawan yang tempo hari pernah dijuluki oleh pengasuh dengan julukan "Karyawan Pembawa Map", entah apa motifnya, namun belakangan diketahui karena dia kemana-mana selalu membawa sejumlah dokumen yang ditaruh di beberapa map, ngalor ngidul map itu dibawa untuk menguhubungkan dari satu kelas ke kelas yang lain, dari guru satu ke guru yang lain.

Karena kategori paling muda dan masih single, sebagaimana pemuda pada umumnya, dapat ditebak apa isi dari laci meja kantor dan tasnya, ya … seperangkat alat “Kecantikan eh … ketampanan” berupa cermin, alat cukur, splash atau parfum dan peralatan “macak” lainnya, sebuah kewajaran bukan? maklulm belum laku, hehe … Jadi sangat wajar kalau sebelum bekerja di pagi hari, menata wajah, busana dan rentetan asesoris seolah menjadi aktivitas rutin yang jarang untuk ditinggalkan. Pria metroseksual mungkin kalau boleh dikata.

Kini usia lajangnya sebentar lagi akan sirna, 12 Mei 2018 ia akan mempersunting seorang gadis berasal dari daerah Baron yang masih tercatat sebagai keluarga nDalem, entah bagaimana perjalanan cinta (Love Story) nya, yang jelas kabar kedekatan mereka sampai penentuan tanggal pernikahan terkesan begitu mendadak, gojoklan dan sindiran seolah tiada henti setiap hari kerja yang datang dari seluruh kolega kerjanya, bahkan kadang segala kesalahan yang berkaitan dengan administrasi selalu dihubung-hubungkan dengan status ia yang akan segera mengakhiri masa lajangnya, “maklum arep rabi” kata-kata itu mungkin menjadi penutup untuk mengakhiri hujatan pada koreksi sebuah kesalahan.

Semoga samawa sobat …

Selasa, 10 April 2018

IKLIM AKADEMIS YANG TAK TERASA





Dalam lingkungan sekolah sudah sepatutnya diberlakukan segala aturan atau kode etik, karena memang sebuah sekolah dihuni oleh beragam manusia yang memiliki karakter dan latar belakan yang berbeda, bahkan ada yang mengatakan bahwa sekolah adalah tempat bermuaranya segala aturan di samping tempat belajar, dibutuhkan komitmen serta disiplin yang tinggi dalam melakuan segala aturan yang dibuat, baik pengelola, penentu kebijakan maupun si pelaku atau dalam hal ini adalah siswa, karena jika itu tidak dipegang kuat, maka dapat dipastikan sebuah aturan akan tinggal sebuah aturan, deretan kata-kata larangan serta kewajiban beserta sangsinya tak lebih hanyalah sebuah rangkaian kata-kata penghias dinding yang tak dihiraukan apalagi dilakukan.

Sebenarnya sangat dibutuhkan penciptaan suasana akademik terlebih dalam lingkungan sekolah yang notabene kental dengan aktifitas akademik walaupun di beberapa lokasi lain suasana akademik tidak melulu berada pada lingkungan sekolah, karena dengan adanya suasana demikian akan sangat berpengaruh pada psikis dan karakter siswa yang akan terikat dan menjelma menjadi sebuah kebiasaan, kalau kebiasaan sudah mendarah daging, maka itulah akhlak, dan pada poin inilah tujuan sebuah pendidikan, untuk mamanusiakan manusia,

Mengapa suasana akademik penting? Pertanyaan ini menjadi urgen untuk dijawab, karena itu memang merupakan sebuah keharusan dalam menempa suatu karakter, pemikiran daya nalar, kreatifitas dan imajinasi siswa, sehingga ketika suasan akademik sudah tidak ada lagi dalam sebuah lingkungan sekolah, maka indikasi gagal sudah tampak menyata. Walau kadang kemerosotan ini tidak banyak tersendus oleh steaholder sekitar sekolah Karena perubahannya berevolusi sehingga seolah tidak nyata, walhasil, dibutuhkan komitmen kuat dalam menjalankan sebuah kode etik, kita harus yakin bahwasannya sebuah peraturan dibuat memang untuk membantu kita agar cepat dalam berevolusi dalam kelas.

Pelanggaran kode etik atau aturan oleh siswa yang tidak segera ditindaklanjuti kadang memunculkan anggapan bahwa larangan tersebut sah untuk dilakukan, pelanggaran tanpa tindak lanjut kalau dibiarkan secara terus menerus niscaya akan menjadi suatu pelegalan terhadap larangan yang telah disepakati tidak hanya siswa, namun juga guru dan pihak manajerial. Dan kondisi demikian juga sangat didukung dengan diamnya para pemangku kebijakan atau minimal kalangan guru, karena sebuah tindakan seolah telah kalah banyak dengan banyaknya pelanggaran yang secara ‘resmi’ dilakukan secara bersama-sama.

Sebenarnya gambaran tentang terciptanya suasana atau iklim sebagaimana lingkungan tidak hanya berlaku di lingkungan sekolah saja, di tempat kerja, tempat ibadah, lokasi wisata, rumah dan tempat-tempat lainnya, iklim lingkungan juga harus senantiasa terjaga, karena secara tidak langsung hal itu akan menunjukkan kualitas dari komunitas yang ada di dalamnya.
 
Wallahua’lam …

Minggu, 08 April 2018

Mengagumkan, Beginilah Shalat Sahabat Abu Bakar, Berefek pada yang Lain



         Salah satu sahabat Nabi yang kisah perjalanan hidupnya banyak mewarnai Islam adalah Abu Bakar Asy Syiddiq ra., termasuk golongan orang-orang shalih yang telah mengabdikan secara total hidup dan segenap jiwa raga, harta kekayaan serta waktunya untuk diinfakkan di jalan Allah.
       Sahabat yang bernama lengkap Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi ini sangat mudah mencucurkan air mata kala membaca Al Quran dalam shalatnya. Hal itu disebabkan karena banyaknya pengalaman hidup beliau bersama Al Quran dan keintaan beliau terhadap mukjizzat Nabi tersebut, Sehingga beliau tidak mampu menahan haru serta perasaannya dari kejadian-kejadian yang pernah dialaminya ketika membaca Al Quran.
       Kekhusyukan serta tangisan sahabat Abu Bakar di dalam shalat sangat berpengaruh bagi  orang-orang yang berada disekitarnya. Bahkan kaum kafir Quraisy yang merasa terganggu dan dirasa menyakiti mereka. Mereka juga khawatir insiden tersebut menjadi fitnah bagi anak dan istri mereka, dan merekapun menyuruh Abu Bakar untuk mengerjakan shalat dikediamannya sendiri.
       Tak berselang lama, Abu Bakar membangun sendiri sebuah masjid di sekitar rumahnya, beliau mendirikan shalat dan membaca Al Quran di masjid tersebut sehingga menjadi pusat perhatian dan memunculkan kekaguman dari istri-istri golongan musyrikin dan anak-anak mereka, Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang sering menangis, beliau tidak bisa menahan air matanya ketika membaca aL Qur’an.
       Kebiasaan Abu Bakar ra. yang menangis saat membaca al Qur’an di dalam shalat telah  dijelaskan dalam hadits Aisyah ra. kala Nabi SAW. berkata “Mereka melalui Abu Bakar yang sedang shalat bersama dengan yang lainnya.” Aisyah menuturkan, Saya pun berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang laki laki yang lembut hatinya, apabila telah membaca Al Quran beliau tidak mampu menahan cucuran air mata dari keduanya.” (HR Muslim)

Kamis, 05 April 2018

BELAJAR DARI KPM 2017




                Setelah ditugaskan oleh pihak STAIDA untuk mendampingi para mahasiswa dalam melakukan kegiatan kuliah pengabdian Masyarakat, banyak sekali pembelajaran yang dapat penulis ambil dari kegiatan tersebut mulai dari karakter setiap personil KPM, karakter tokoh Masyarakatnya, antar panitia, tim monef juga antar DPL/DP.

                Pembelajaran dari peserta penulis ambil pada sikap pemberaninya kordes dalam menghadapi apa dan siapapun, kadang aku juga merasa iri, iri dalam artian saya kembalikan kepada penulis sendiri, seusianya, mungkin penulis belum mampu untuk melakukannya, dan kalau diambil pelajaran pada pribadi penulis, mengapa kadang banyak kesempatan yang datang pada penulis selalu ditolak dengan alasan tidak mampu, entah ketidak mampuan tersebut Karena memang betul-betul tidak mampu atau mungkin sebagai alasan karena diliputi rasa takut, takut salah, takut tidak sukses dan ketakutan lainnya.

                Kemahiran dia dalam menyelesaikan masalah memang patut untuk diacungi jempol, walau kadang dalam memimpin masih terdapat sifak kekanak-kanakannya, tapi hal itu tidak menjadikannya lemah dalam memimpin kegiatan yang tengah atau akan dijalankan. Mungkin ini adalah cara Allah untuk memberikan pembelajaran pada penulis, tidak melalui bangku sekolah, buku atau teori namun berupa pembelajaran real yang langsung tampak di depan mata.

                Pembelajaran dari masyarakat yang dapat penulis ambil adalah dalam bermasyarakat tidak semua ilmu yang didapat dari pondok dapat pula kita terapkan secara langsung pada masyarakat, Karena di dalam masyarakat memiliki karakter yang beragam, sehingga budaya serta kebiasaan yang berlakupun juga tidak sama, ukuran baik di daerah satu belum tentu bernilai baik di daerah lain, tata cara yang dianggap baik oleh kesepakatan dan aturan lembaga, juga belum tentu dianggap baik oleh budaya yang ada di Masyarakat, sehingga harus pandai-pandai menyikapi segala masalah yang tengah terjadi agar konflik tidak mengiringi perjalanan berikutnya.

                Masyarakat yang dijadikan obyek sasaran juga memiliki karakter dan sikap suka berkelompok-kelompok, baik dari tokoh  masyarakat maupun dari perangkat desa, hal itu sudah menjadi rahasia umum yang telah banyak dikatahui orang. Bahkan sang tokoh agama yang seharusnya dijadikan sebagai figurpun juga memiliki karakter demikian, terbukti di tengah-tengah acara KPM berlangsung kala para mahasiswa bersama-sama pengurus cabang IPNU dan IPPNU Kertosono menggelar acara rutin berbentuk seminar kepemimpinan, salah satu tokoh agama masyarakat setempat yang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan lokasi acara juga tidak ikut berpartisipasi, gambaran demikian juga merupakan pembelajaran mahal dan berharga baik buat penulis, mahasiswa atau peserta KPM dan bahkan pihak kampus.

                Pengalaman yang juga tidak kalah serunya adalah adanya gojlokan, persaingan sekaligus saling memberi inspirasi pada semua program-program yang dijadikan andalan peserta KPM. Dengan kesibukan yang dimiliki oleh masing-masing DPL/DP mereka dapat memantau dan mengontrol dari jarak dekat bagaimana proses KPM tersebut berjalan. Walaupun bully juga sering diangkat dalam tema WA Group yang dibentuk secara khusus sebagai penghubung antara panitia, DPL/DP, Tim monev dan petinggi lembaga, hasil tim moonev dalam mewawancarai secara langsung pada peserta KPM yang dijawab dengan polos dan lugu kadang menjadi modal tema dalam meramaikan group tersebut.

                Hingga pada akhirnya kegiatan tersebut berakhir dengan tanpa adanya evaluasi kegiatan yang diikuti oleh semua panitia, tim monev dan dpl/dp. Padahal itu yang ditunggu-tunggu untuk dijadikan sebagai bekal penulis pada KPM berikutnya.

Referensi program dan kegiatan kadang perlu untuk menerapkan ATM, amati, tiru dan modifikasi, hal itu memang tepat digunakan oleh individu seperti penulis yang mungkin banyak sekali memiliki kekurangan.

                Amati, ya … itu mungkin perangkat satu-satunya yang dijadikan modal karena belum mampu secara kreatif menghasilkan secara pribadi, jadi andalan utamanya adalah mengamati hal-hal menarik di sekitar kita, kemudian dilanjutkan cara yang kedua, yaitu meniru.
                Meniru merupakan sambungan dari cara pertama, masih dengan motif yang sama, karena belum adanya kemampuan untuk menghasilkan karya secara mandiri, maka harus melirik sana-sini kemudian ditiru, agar tidak dikatakan plagiasi atau menjiplak karya orang lain, maka harus dilengkapi dengan langkah berikutnya.

                Modifikasi, Setelah diamati dan ditiru, vonis sebagai plagiat sangatlah potensial, untuk menghindari hal tersebut, maka perlu adanya modifikasi, selain itu, barang yang tidak benar-benar baru tersebut telah layak dikatakan kreatif.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 01 April 2018

PIONIR PERJUANGAN DARI KOTA BERIMAN





 Sosok teduh KH. Hasyim Asyari
          Catatan sejarah menorehkan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini telah memotret tokoh-tokoh sejati yang mengabdikan seluruh hidupnya bagi tanah air, pengorbanan berupa harta benda, tenaga, pikiran, darah bahkan nyawa dengan ikhlas mereka serahkan demi mengusir penjajah yang telah ratusan tahun menjajah rakyat dan memeras seluruh kekayaan Indonesia.
          Pemutaran kembali rekam pengorbanan yang luar biasa diharapkan dapat menstimulus kita sebagai generasi muda penerus bangsa untuk mengapresiasi pengorbanan mereka dengan mendayagunakan kemerdekaan saat ini dengan hal-hal positif dan bermanfaat. Keikhlasan mereka dalam merebut tanah air tercinta memang patut dihargai, walaupun para pejuang tersebut tidak pernah mengharap apapun baik jabatan ataupun materi jika telah merdeka kelak, motif utamanya hanyalah merdeka sehingga anak cucu mereka tidak akan merasakan lagi negeri jajahan serta dapat menikmati negeri yang makmur ini.
          Dan satu diantara pejuang-pejuang hebat yang telah ikut berkontribusi besar pada kemerdekaan Bangsa ini adalah KH. Hasyim Asyari, seorang alim ulama’ sekaligus pahlawan Nasional asal kota beriman (sebutan kota Jombang Beriman = Bersih Indah dan Nyaman) Jawa Timur. Ulama’ kelahiran Demak, 10 April 1875 ini merupakan perintis organisasi massa Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU), karena beliau adalah salah satu pionir perjuangan asal pesantren yang menaruh perhatian besar terhadap kemerdekaan. Sehingga tak berlebihan jika beliau disebut sebagai seorang ulama nasionalis. Jiwa nasionalismenya terbukti dengan seruan jihadnya untuk melawan penjajah beserta antek-anteknya dan bersih kukuh untuk tidak mengikuti perintah penjajah.
          Semangat jiwa patriotik serta keilmuan agama yang mumpuni sudah sepatutnya menjadi inspirasi bagi kita untuk mengisi hasil perjuangan beliau dengan berjuang memerangi tantangan yang khas di jaman ini berupa musuh-musuh nyata pengeropos sendi-sendi negara sekaligus musuh agama seperti praktik KKN, Penentang NKRI serta UUD melalui konsep khilafah dan lain sebagainya, berbekal amunisi berupa konsistensi dan komitmen kuat dalam membela Negara hasil perjuangan pahlawan bangsa diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari.
Berjuang melalui pesantren
          Dalam perjalanan kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia, konsistensi serta eksistensi ulama sangatlah besar. terbukti sesaat menjelang pengumuman kemerdekaan, Sang plokamator saat itu melibatkan dua ulama besar untuk meminta nasihat dan masukan tentang kemerdekaan Indonesia yaitu dari KH Abdul Mukti dari Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy'ari dari NU.  
          Perjuangan KH. Hasyim Asyari terhadap tanah air direalisasikan dengan didirikannya pesantren yang didasari semangat perjuangan dan cinta tanah air, Sebagai tokoh yang tumbuh di lingkungan pesantren, Beliau ingin ikut membesarkan nama bangsa melalui pesantren dengan komitmen di bidang pendidikan, keilmuan serta pemberdayaan umat.
          Berbekal keilmuan yang dimiliki dari pelawatan ilmunya diberbagai pesantren di Indonesia juga di Mekah beliau kemudian merintis sebuah pesantren di Tebuireng Jombang. perencanaan dalam merintis pesantren memang dilakukan beliau dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati, hal itu terbukti kala pesantren yang beliau rintis secara geografis berdekatan dengan pabrik gula, dimana pada era tersebut merupakan sarang dari pelaku maksiat, hal tersebut bukannya tanpa alasan, KH. Hasyim Asy’ari berkeinginan untuk mengubah pola hidup masyarakat disekitarnya, Bentuk Islamisasi demikian sesuai dengan kaidah fiqh Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalbil mashaalih (menolak kerusakan itu didahulukan dari pada melakukan kebaikan) Kala kemaksiatan telah hilang, maka kebaikan akan mudah dan cepat menyebar ke masyarakat. Terbukti, seiring berjalannya waktu perjuangan beliau mulai menuai keberhasilan. Tebuireng yang semula merupakan area kemaksiatan berubah menjadi daerah Islami.
          Sebagai Ulama’ yang hidup pada tiga masa yaitu penjajahan Belanda, Jepang dan setelah kemerdekaan, KH Hasyim Asy'ari ingin menjadikan pesantren yang bergerak dibidang pendidikan dan keilmuan sebagai basis perjuangan, pesantren juga digunakan sebagai instrument utama melumpuhkan kekuatan penjajah. Kala penjajah ingin kembali menguasai Indonesia, maka beliau dengan tegas menolak dan menyerukan jihad melawan penjajah.
          Itulah kontribusi besar KH. Hasyim Asy'ari dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa melalui pesantren. tradisi pesantren berupa kesederhanaan, akhlak mulia, rendah diri, ta’dhim pada guru serta taat beribadah ingin beliau ejawentahkan pada masyarakat secara umum yang akan berdampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Kekuatan seruan berjihad perjuangan
          KH. Hasyim Asy’ari memiliki banyak kelebihan yang beliau tampilkan melalui aktifitas dakwah dan perjuangan, dan diantara kelebihan beliau adalah kemampuan menyampaikan keilmuan dan membuat jaringan intelektual Muslim penggerak ummat dengan tujuan membentengi rakyat Indonesia dari pengaruh budaya asing seperti penjajah Belanda dan Jepang. Hal tersebut yang kemudian menghantarkan beliau sebagai ketua MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) yang beranggotakan beberapa organisasi Islam di Indonesia pada tahun 1944.
          Setelah Indonesia merdeka, melalui pengajaran dan fatwa-fatwanya, KH. Hasyim Asy’ari mampu membakar semangat dan menumbuhkan kesadaran para pemuda untuk bangkit dan berani berkorban untuk membebaskan diri dari penjajahan menuju kemerdekaan Republik Indonesia.
          Fatwa Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari juga diyakini memiliki kontribusi tinggi dalam membakar semangat nasionalisme, Terkenang power fatwa jihad yang dikenal juga dengan resolusi jihad pada tanggal 21-22 Oktober 1945 berlatar belakang dari tausiyah KH. Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng tentang kewajiban individu umat Islam untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
          Walhasil atas rahmat Allah kemerdekaan terebut kembali, Penjajah bengis dan kejam itupun terusir. Hal itu bisa dijadikan renungan betapa berpengaruhnya fatwa yang diserukan para ulama’ karena diyakini dalam bertindak dan berfatwa mereka tidak hanya berbekal akademis (‘alim) namun juga berbekal spiritual (‘abid) melalui jalan istikharah.
Survivor pendidikan pesantren di tengah arus pendidikan belanda
          Mendirikan pesantren di tengah situasi mencekam memang tidaklah mudah, apalagi ajaran yang diusung pada lembaga pendidikan tersebut berseberangan dengan ajaran penjajah yang mulai memasuki ranah kekuasaan, membutuhkan komitmen kuat untuk dapat bertahan ditengah arus perlawanan. Hal itulah yang dilakukan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam mewarnai perjuangannya.
          Satu peristiwa terjadi pada tahun 1935, Belanda melakukan gerakan politik dan strategi pendekatan kepada kalangan pesantren, kolonial penjajah menawarkan sejumlah bantuan serta penghargaan gelar Bintang Perak kepada KH. Hasyim Asyari atas jasa beliau dalam mengembangkan pengajaran dan pendidikan Islam. Namun tawaran tersebut ditolak oleh beliau karena kental akan unsur politik, bahkan upaya tersebut dilakukan sampai dua kali, beliau pun tetap tak bergeming pada pendiriannya walaupun gelar pangkat yang dijanjikan ditingkatkan menjadi Bintang Emas.
          KH. Hasyim Asy’ari dengan lantang mengharamkan menerima bantuan dari kolonial Belanda. Status penghianat terhadap Islam dan Indonesia disematkan kepada siapa saja yang mau menerima bantuan tersebut. Hal demikian yang mendasari kurikulum di pesantren dinilai murni tanpa ada intervensi dari penjajah, sehingga pesantren dapat dengan bebas mengeksplorasi pengajaran serta pendidikan sekaligus menjadi benteng perjuangan dan agen perubahan sosial.