Menyita perhatian dan jadi kerap mengeluh, saat jalan menuju tempat
kerja tidak ada yang layak untuk dilewati, banyak waktu tersita dan terbuang
menurut hemat saya, motor selalu kotor dan belepotan lumpur setiap pulang dari
kerja, sehingga harus membersihkannya terlebih dahulu ketika hendak berangkat
kerja esok hari, setelah kendaraan bersih digunakan untuk berangkat kerja,
pulang kerja sudah kotor lagi, begitu seterusnya. Sampai kapan harus begini,
bagaimana sikap pemerintah melihat kondisi demikian, gumamku.
Kini jalan-jalan
tersebut telah diperbaiki, dan kerjapun menjadi lebih bersemangat, pada
awalnya, keluh kesahpun ini mulai terkurangi, namun rasa kesal mulai muncul dari
obyek lainnya, muai dari genangan air yang tak bisa habis karena belum adanya
drainase, sisa lumpur yang menempel di roda-roda truk, kendaraan yang semakin
rame dan kebut-kebutan, dan aneka kesemerawutan lainnya. kalau hal ini dibiarkan
niscaya hidup kita akan tertekan dan stress terus-terusan, untuk itu dibutuhkan
pengelolaan psikis dan sikap untuk menjaganya.
Sikap dasar manusia memang
selalu menginginkan yang lebih baik dan lebih nyaman, hal itu kadang berpengaruh
kepada rasa syukur kita sehari-hari. Diberikan A minta B, dapat C mau D dan
seterusnya, hal itu juga dapat terjadi sebagaimana gambaran jalan rusak tadi, proses
perbaikan jalan dilakukan secara bertahap sampai tiga step, ketika hampir
separuh perjalanan semuanya rusak, gambaran detailnya sebagaimana penulis ceritakan
di atas, namun setelah step kedua dikerjakan, bukan ditanggapi dengan rasa
syukur, namun perhatian kita tetap pada sisa jalan yang belum diperbaiki, fokus
masalah kita beralih kepad sisa-sisa yang masih rusak dibanding dengan lebih mensyukuri
jalan yang telah diperbaiki.
Hal itu sangatlah
wajar, manusiawi, namun tentunya hal itu bisa kita tata dan sikapi dengan bijak
bermodalkan akal yang telah diberikan kepada kita, sikap mausiawi jangan
dijadikan alasan untuk tidak bersyukur pada apa yang telah diberikan oleh Allah
kedada kita,
Mari kita lihat potensi
alam di sekitar kita untuk dapat dimanfaatkan sebagai ladang untuk bersyukur
kita kepada Sang Pencipta agar nikmat dan rezeki kita tetap dan terus
bertambah.
Wallau’lam ….