Minggu, 07 Januari 2018

MENGASAH RASA SYUKUR MELALUI PERBAIKAN JALAN



    

      Menyita perhatian dan jadi kerap mengeluh, saat jalan menuju tempat kerja tidak ada yang layak untuk dilewati, banyak waktu tersita dan terbuang menurut hemat saya, motor selalu kotor dan belepotan lumpur setiap pulang dari kerja, sehingga harus membersihkannya terlebih dahulu ketika hendak berangkat kerja esok hari, setelah kendaraan bersih digunakan untuk berangkat kerja, pulang kerja sudah kotor lagi, begitu seterusnya. Sampai kapan harus begini, bagaimana sikap pemerintah melihat kondisi demikian, gumamku.
       Kini jalan-jalan tersebut telah diperbaiki, dan kerjapun menjadi lebih bersemangat, pada awalnya, keluh kesahpun ini mulai terkurangi, namun rasa kesal mulai muncul dari obyek lainnya, muai dari genangan air yang tak bisa habis karena belum adanya drainase, sisa lumpur yang menempel di roda-roda truk, kendaraan yang semakin rame dan kebut-kebutan, dan aneka kesemerawutan lainnya. kalau hal ini dibiarkan niscaya hidup kita akan tertekan dan stress terus-terusan, untuk itu dibutuhkan pengelolaan psikis dan sikap untuk menjaganya.
       Sikap dasar manusia memang selalu menginginkan yang lebih baik dan lebih nyaman, hal itu kadang berpengaruh kepada rasa syukur kita sehari-hari. Diberikan A minta B, dapat C mau D dan seterusnya, hal itu juga dapat terjadi sebagaimana gambaran jalan rusak tadi, proses perbaikan jalan dilakukan secara bertahap sampai tiga step, ketika hampir separuh perjalanan semuanya rusak, gambaran detailnya sebagaimana penulis ceritakan di atas, namun setelah step kedua dikerjakan, bukan ditanggapi dengan rasa syukur, namun perhatian kita tetap pada sisa jalan yang belum diperbaiki, fokus masalah kita beralih kepad sisa-sisa yang masih rusak dibanding dengan lebih mensyukuri jalan yang telah diperbaiki.
       Hal itu sangatlah wajar, manusiawi, namun tentunya hal itu bisa kita tata dan sikapi dengan bijak bermodalkan akal yang telah diberikan kepada kita, sikap mausiawi jangan dijadikan alasan untuk tidak bersyukur pada apa yang telah diberikan oleh Allah kedada kita,
       Mari kita lihat potensi alam di sekitar kita untuk dapat dimanfaatkan sebagai ladang untuk bersyukur kita kepada Sang Pencipta agar nikmat dan rezeki kita tetap dan terus bertambah.
Wallau’lam ….