Senin, 21 Agustus 2023

KONSEP MODERASI BERAGAMA: Panggilan Jiwa Untuk Persatuan dan Kemanusiaan di Indonesia

 

Moderasi beragama adalah suatu konsep yang menggambarkan sikap tengah dalam menjalani Kehidupan beragama. Hidup bersama dalam masyarakat dengan prinsip "kesatuan hati" dan "kesepakatan" bertujuan untuk mencegah timbulnya permusuhan, pertikaian, dan perselisihan. Jika cara pandang ini dijadikan panduan, maka "kerukunan" akan menjadi sesuatu yang sangat diinginkan dan diidamkan oleh semua anggota masyarakat. (Abror Mhd., 2020) Konsep ini mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan, menghormati perbedaan, dan mempromosikan persatuan di antara masyarakat dengan beragam keyakinan. Moderasi beragama menjadi semakin penting di tengah masyarakat yang geografis dan kulturalnya beragam seperti Indonesia.

Negara Indonesia, dikenal dengan kemajemukan agama dan budayanya, Kemajemukan ini menjadi karakteristik yang unik dan tidak dapat dipisahkan dari esensi kemanusiaan seperti spektrum warna yang beragam dalam pelangi. Keanekaragaman adalah suatu bentuk harmoni dan estetika yang memiliki keindahan sendiri. Ia bukanlah sebuah situasi yang berantakan atau kacau. Keanekaragaman tidak dapat diahlikan, ia akan senantiasa hadir, sebab itu merupakan hukum alam yang tak terhindarkan. (Alim & Munib, 2021)

Moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, melainkan suatu panggilan jiwa yang harus diemban oleh seluruh warganya.

Pembahasan

1. Konsep Moderasi Beragama adalah Panggilan Jiwa

Panggilan jiwa adalah sebuah dorongan yang mendalam yang mendorong individu untuk mencapai keselarasan antara hati nurani dan tindakan mereka. Dalam konteks moderasi beragama, panggilan jiwa mengacu pada kesadaran akan pentingnya menjalani agama dengan sikap yang moderat, menghormati perbedaan, dan mempromosikan kemanusiaan. Ini adalah panggilan untuk beragama tanpa fanatisme, ekstremisme, atau intoleransi.

Moderasi beragama mencerminkan kebijaksanaan spiritual yang menghargai nilai-nilai dasar seperti cinta, kasih sayang, perdamaian, dan toleransi. Ini bukan hanya tentang bagaimana kita melaksanakan ibadah, tetapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dengan sesama manusia yang memiliki keyakinan yang berbeda. Moderasi beragama mengajarkan bahwa kita dapat menjalani agama kita tanpa merendahkan atau menghakimi orang lain.

2. Moderasi Beragama Mengandung Nilai-Nilai Kemanusiaan

Salah satu pilar penting dari moderasi beragama adalah nilai-nilai kemanusiaan. Ini mencakup nilai-nilai seperti persamaan, keadilan, dan hak asasi manusia. Dalam konteks agama, nilai-nilai kemanusiaan ini mengingatkan kita untuk menghormati martabat setiap individu, terlepas dari keyakinan agama mereka.

Moderasi beragama menekankan pentingnya menjalani agama dengan cara yang menghargai hak-hak asasi manusia, seperti kebebasan beragama dan berkeyakinan. Ini juga mencakup sikap terhadap masalah sosial, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan keadilan, yang merupakan bagian integral dari pengalaman kemanusiaan.

3. Indikator Moderasi Beragama

Untuk menerapkan konsep moderasi beragama, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan pedoman:

Toleransi Terhadap Perbedaan, Kemampuan untuk menerima perbedaan keyakinan dan praktik agama orang lain tanpa menghakimi atau merendahkan.

Respek Terhadap Hak Asasi Manusia: Memahami dan mendukung hak asasi manusia dasar seperti kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Penolakan Terhadap Ekstremisme dan Fanatisme: Menentang tindakan atau pandangan yang ekstrem atau fanatik dalam konteks agama.

Keterlibatan Sosial: Berpartisipasi aktif dalam upaya-upaya sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk mereka yang berbeda agama.

Promosi Dialog Antaragama: Mendorong dialog positif dan konstruktif antara penganut agama yang berbeda untuk memahami satu sama lain.

Keseimbangan Dalam Ibadah: Menjalani ibadah dengan penuh keyakinan tetapi juga dengan keseimbangan, tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial dan kemanusiaan.

Menghindari Diskriminasi Agama: Tidak mendiskriminasi individu atau kelompok berdasarkan agama mereka.

4. Sangat Tepat Diberlakukan di Indonesia dengan Model Kemajemukan Warganya

Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keragaman agama tertinggi di dunia. Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia juga memiliki minoritas agama yang signifikan, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan kepercayaan-kepercayaan tradisional. Keberagaman ini adalah salah satu kekayaan utama negara ini, tetapi juga memerlukan pendekatan yang bijak dalam menjaga persatuan dan kerukunan.

Moderasi beragama sangat tepat diterapkan di Indonesia karena mencerminkan semangat kerukunan antaragama yang telah lama menjadi ciri khas bangsa ini. Konsep ini memungkinkan individu untuk menjalani agama mereka dengan penuh keyakinan sambil tetap menghormati agama dan keyakinan orang lain. Ini adalah landasan yang kuat untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis di Indonesia.

5. Menjaga Persatuan dan Kerukunan

Salah satu tujuan utama moderasi beragama adalah menjaga persatuan dan kerukunan dalam masyarakat yang beragam. Dalam konteks Indonesia, ini sangat penting mengingat beragamnya komposisi agama di negara ini. Ketika individu dan kelompok-kelompok agama dapat menjalani keyakinan mereka dengan damai dan menghormati orang lain, itu menciptakan iklim sosial yang mendukung persatuan dan kerukunan.

Penting untuk diingat bahwa persatuan bukan berarti homogenitas. Indonesia adalah negara yang beragam, dan keberagaman ini harus dihargai dan dirayakan. Moderasi beragama membantu masyarakat untuk menemukan titik temu di antara perbedaan dan bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.

6. Implementasi Moderasi Beragama Harus Dilakukan oleh Seluruh Masyarakat

Implementasi moderasi beragama tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh masyarakat. Pemerintah dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan konsep ini melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung toleransi, dialog antaragama, dan pendidikan keagamaan yang moderat. Namun, tanggung jawab ini juga ada pada individu, keluarga, komunitas agama, dan organisasi sipil.

Individu dapat berperan dengan menjalani agama mereka dengan sikap terbuka dan menghormati orang lain. Keluarga dapat mendidik anak-anak mereka tentang pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan. Komunitas agama dapat mengadakan kegiatan dialog antaragama dan berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial bersama. Organisasi sipil dapat mengawasi dan mendorong penerapan nilai-nilai moderasi beragama dalam masyarakat.

7. Sosialisasi Intensif Terutama pada Daerah-Daerah Minoritas

Sosialisasi intensif tentang moderasi beragama adalah langkah kunci dalam memperkuat konsep ini di Indonesia, terutama di daerah-daerah minoritas. Daerah-daerah minoritas seringkali lebih rentan terhadap konflik antaragama dan intoleransi. Oleh karena itu, program-program pendidikan dan dialog antaragama harus difokuskan pada daerah-daerah ini. Akan lebih relevan jika kita juga mempertimbangkan penyampaian informasi melalui berbagai media publik, termasuk media cetak, elektronik, dan platform media sosial, bukan hanya melalui pertemuan fisik seperti yang telah dilakukan selama ini. Terutama, dalam era saat ini, yang merupakan zaman milenial, efektivitas sering diukur dari sejauh mana teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal. (Junaedi, 2019)

Sosialisasi dapat mencakup pelatihan bagi pemimpin agama, pendidikan agama yang inklusif di sekolah-sekolah, dan kampanye publik yang menekankan pentingnya moderasi beragama. Pemerintah, organisasi agama, dan LSM dapat bekerja sama untuk mengimplementasikan program-program ini secara efektif.

8. Studi Kasus: Moderasi Beragama di Indonesia

Untuk lebih memahami konsep moderasi beragama dan bagaimana ia dapat diimplementasikan dengan sukses di Indonesia, mari tinjau beberapa studi kasus dan inisiatif yang telah berlangsung di negara ini:

Forum Antaragama:

Di beberapa kota besar di Indonesia, forum antaragama telah didirikan untuk memfasilitasi dialog antar pemimpin agama dan umat beragama. Forum-forum ini memberikan ruang bagi diskusi tentang isu-isu agama dan sosial yang relevan, dan mereka telah membantu membangun pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok agama. Sebagai hasilnya, ini akan membuka peluang untuk interaksi yang konstruktif dan dialog antara berbagai kepercayaan agama. Setiap individu, baik Muslim maupun penganut agama lainnya, memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan ajaran agamanya masing-masing. (Sutrisno, 2019)

Program Pendidikan Agama yang Inklusif:

Beberapa sekolah di Indonesia telah mengadopsi program pendidikan agama yang inklusif, di mana pelajar diajarkan tentang beragam agama dan keyakinan. Ini membantu mengurangi stereotip dan prasangka terhadap agama lain, sambil mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang agama sendiri.

Pendidikan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi:

Beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah memasukkan mata kuliah atau program studi khusus tentang moderasi beragama. Ini membantu menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya moderasi beragama dalam masyarakat.

Kampanye Publik:

Kampanye publik telah diluncurkan untuk meningkatkan kesadaran tentang moderasi beragama. Kampanye ini menggunakan media sosial, iklan di media massa, dan kegiatan publik untuk menyebarkan pesan moderasi beragama kepada seluruh masyarakat. Sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional, diharapkan bahwa Madrasah dan lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, diniyah, dan perguruan tinggi Islam dapat aktif berperan serta dan berkontribusi lebih banyak. Mereka memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung kampanye moderasi Islam di Indonesia sebagai garda terdepan. (Alim & Munib, 2021) Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran saat kita berkembang dalam pemahaman agama, dengan menitikberatkan pada sikap toleransi antara anggota berbagai kepercayaan serta pendekatan yang dinamis terhadap praktek agama itu sendiri. Dua konsep yang tercakup dalam diktum dan narasi ini adalah penekanan pada penanaman moderasi beragama dan promosi kerukunan antar umat beragama. (Saputra & Djauhari, 2021)

Pemberdayaan Perempuan dalam Dialog Antaragama:

Beberapa inisiatif telah menekankan peran perempuan dalam dialog antaragama. Ini mengakui kontribusi perempuan dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi dalam masyarakat. Karena Perempuan memiliki potensi besar dalam membangun dan menjaga toleransi yang diperlukan oleh Indonesia yang sangat beragam ini. Hal ini disebabkan oleh peran psikologis perempuan dalam kapasitas mereka sebagai ibu, yang menghadirkan mereka dalam interaksi yang erat dengan anak-anak mereka dan mendorong kolaborasi. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan sifat-sifat seperti kesediaan untuk mengalah, kesabaran, rasa ibu, dan kemauan untuk berkorban. Dengan menginternalisasi sifat-sifat tersebut, perempuan menjadi lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan, mempertimbangkan opsi yang berbeda, dan mampu melihat variasi dalam lingkungannya.(Rahayu & Lesmana, 2020)

Kesimpulan

Moderasi beragama adalah panggilan jiwa yang penting dalam masyarakat yang beragam seperti Indonesia. Konsep ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, menghormati perbedaan, dan mempromosikan persatuan. Implementasinya harus menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat, termasuk pemerintah, individu, keluarga, komunitas agama, dan organisasi sipil. Sosialisasi intensif, terutama di daerah-daerah minoritas, diperlukan untuk memperkuat pemahaman tentang moderasi beragama. Dengan menerapkan moderasi beragama secara efektif, Indonesia dapat mempertahankan keragamannya sebagai salah satu kekayaan terbesar dan menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif.

Daftar Referensi

Abror Mhd. (2020). Moderasi Beragama dalam Bingkai Toleransi (Kajian Islam dan Keberagaman). Rusydiah; Jurnal Pemikiran Islam1(2), 143–155.

Alim, M. S., & Munib, A. (2021). Aktualisasi Pendidikan Moderasi Beragama Di Madrasah. Jurnal Progress: Wahana Kreativitas dan Intelektualitas9(2), 263–285. https://doi.org/10.31942/pgrs.v9i2.5719

Junaedi, E. (2019). Inilah Moderasi Beragama Perspektif Kementerian Agama. Harmoni; Jurnal Multikurtural & Multirelegius18(2), 391–400. https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i2.414

Rahayu, L. R., & Lesmana, P. S. W. (2020). Potensi Peran Perempuan Dalam Mewujudkan Moderasi Beragama Di Indonesia. Jurnal Pustaka20(1), 31–37. https://doi.org/10.54437/iljjislamiclearningjournal.v1i1.1040

Saputra, A. R. A., & Djauhari, M. S. H. (2021). Potret Pengarusutamaan Moderasi Beragamadi Gorontalo. Moderatio; Jurnal Moderasi Beragama01(1), 41–60. https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/moderatio/article/view/3351

Sutrisno, E. (2019). Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal Bimas Islam12(2), 323–348. https://doi.org/10.37302/jbi.v12i2.113


M. Yusuf

Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam Nganjuk Jawa Timur

Email: zusuv.hamidi@gmail.com

(Tugas Peningkatan Kopetensi Dosen Pemula (PKDP) 2023)

PTP UIN Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung Jawa Timur


Sabtu, 19 Agustus 2023

PTP UIN SATU Tulungagung Panggil 4 Dosen STAIDA Ikuti Short Course PKDP 2023


Daya Literasi, Tulungagung, 19 Agustus 2023 - UIN SATU (Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) menggelar kegiatan penting bagi pengembangan sumber daya manusia di lingkungan perguruan tinggi dengan mengadakan short course Peningkatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP) tahun 2023. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai langkah nyata Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan memastikan dosen pemula memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia pendidikan modern.

Kegiatan yang berlangsung selama 6 hari, mulai dari tanggal 15 hingga 20 Agustus 2023, di Crown Victoria Hotel Tulungagung ini diikuti oleh sebanyak 80 dosen dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Perguruan tinggi yang terpilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini di antaranya adalah dari Stai Darussalam Nganjuk, yang berhasil mengusulkan dan mewakilkan 4 dosen dari total 7 dosen yang telah diajukan.

Dalam kegiatan PKDP ini, peserta akan mendapatkan pelatihan dan pembinaan mengenai profesionalisme dosen, pembinaan karier dosen, teknik penulisan karya ilmiah, serta moderasi beragama. Acara ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan B, untuk memastikan penyampaian materi dan interaksi antara peserta dan pemateri berjalan secara efektif.

  

Selain itu, PKDP tahun 2023 juga merupakan syarat mutlak bagi dosen yang akan mendapatkan sertifikasi dosen. Kegiatan ini bukan hanya berfokus pada pembelajaran dalam waktu singkat, tetapi akan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan melalui tahap-tahap seperti in service course I, on the job course, dan in service course II. Total durasi kegiatan ini mencapai 200 jam pelajaran, memastikan bahwa para peserta mendapatkan pemahaman mendalam dan praktik langsung dalam mengembangkan kompetensi mereka sebagai dosen.

 "Kami berharap melalui PKDP ini, dosen-dosen pemula yang berpartisipasi dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme mereka dalam memberikan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan tinggi merupakan investasi bagi masa depan bangsa, dan dosen memiliki peran sentral dalam proses tersebut," ungkap Shohibul Aziz, M.Pd, salah satu peserta kegiatan dari STAIDA Nganjuk.

 

Kelas A


Kelas B

Di hari ke tiga, Kamis, 17 Agustus 2023, semua peserta PKDP 2023 juga diajak untuk mengikuti upacara kemerdekaan RI di lapangan UIN SATU Tulungagung, acara yang juga dikemas dalam format Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023 Bersama semua pimpinan dan dosen serta mahasiswa baru UIN SATU Tulungagung tahun akademik 2023.

Semoga apa yang telah dipelajari dan dipraktikkan dalam kegiatan ini dapat membawa manfaat yang besar bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Dengan semangat yang tinggi, para dosen pemula ini siap melangkah menuju peran yang lebih besar dalam memajukan dunia pendidikan di tanah air. Amin.

@myh_Yusuf Hamidi