Senin, 13 Agustus 2018

AMUNISI ITU BERNAMA GENGSI

Sumber Gambar: Lebah Master

Menentukan sebuah program harus diikuti dengan action dan tindakan nyata agar program berjalan sebagaimana misi awal.

Rintangan dan hambatan sudah pasti akan banyak menghadang dengan bentuk yang beraneka ragam, kesemuanya datang sebagai pembuktian keseriusan akan pelaksananya.

Sandungan-sandungan dimaksud kadang menjelma nyata berbentuk kemalasan, cibiran, kelupaan atau bahkan bersembunyi di balik kesibukan.

Fokus dan konsisten lagi-lagi menjadi senjata utama untuk menghalau semua ranjau di atas kendati kadang harus diberi amunisi dan suplemen yang benar-benar baru.

Ya ... suplemen itu di antaranya adalah rasa gengsi yang selalu membayangi dan menyemangati perjalanan yang masih terseok-seok ini, yaitu menulis setiap hari.

Gengsi seolah tidak hanya selalu berbisik namun juga selalu berteriak memekakkan telinga untuk menjawab dengan action setiap terjangan angin yang menghembus kencang.

Gengsi seolah selalu memberikan statemen "cemen loe ... begitu aja udah KO, bangkit dong! Buktikan kalu loe bisa.

Gengsi juga selalu menekan "lihat tu si Dia udah berhenti. Loe mau ikut-ikutan? Leo kan pengangguran, tidak sesibuk dia". (hehe maaf pk Rofik 🙏🙏🙏).

Gengsi juga selalu membentak dan menampar untuk selalu ingat tujuan awal bahwa "Loe harus berlatih itu semua secara terus menerus sampai bisa, karna loe tak sepandai mereka". (hehe maaf pk Muk. 🙏🙏🙏) Dan aneka gertakan-gertakan lainnya.

Semoga gengsi tidak pernah bosan dan gengsi untuk selalu menyapaku walau nanti keberhasilan itu sudah mendekat padaku. Semoga.

@myh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar