Di
sebuah sudut, terdapat sebuah sekolah dengan mutu yang sangat bagus, aneka
ragam materi dan kurikilum dikelola dan diberikan secara professional, namun
karena semua dilaksanakan secara sederhana dan terkesan apa adanya tanpa disertai
brand yang mendukung, sekolah tersebut pun tidak banyak diketahui orang dan
akhirnya sepi peminat sehingga tidak banyak menebar kebaikan, ibarat kata,
bagaikan mutiara yang terpendam. Kini kabar sekolah tersebut telah dilupakan,
tenggelam dan hilang.
Konsep
berpikir yang konservatif dan kekhawatiran yang tinggi terhadap sebuah
perubahan menjadikan sekolah ini stagnan dan sulit untuk berkembang meski
sebenarnya mereka mampu karena memiliki potensi yang luar biasa.
Gambaran
pertama dapat dikatakan keren di dalam namun tidak di bagian luar, dampak yang
dihasilkan adalah sekolah tersebut berjalan di tempat dan tidak banyak menebar
kebaikan.
Di
bagian sudut yang lain. Terdapat sebuah sekolah yang memiliki banyak inovasi
dan brandid, semua kegiatan dan kurikulum dibalut dengan kemasan yang modern
dan kekinian. Program yang dijalankan tidak pernah luput dari liputan dan tentu
juga di publish ke dunia maya yang tak terbatas jangkauan pasar pendidikannya.
Semua costumer akademik banyak tergiur dengan cassing yang mereka ciptakan dan mengundang
banyak sekali wali murid yang ingin masuk di dalamnya.
Namun
para pengelola sekolah tersebut lupa, mereka hanya terkonsentrasi pada kulitnya
saja tanpa perbaikan kualitas dari kurikulum dan materi yang disampaikan. Semua
kegiatan dan proses belajar mengajar yang dilakukan tidak lebih sekedar
settingan dan skenaris yang disutradarai oleh kepala sekolah. Orientasinya
adalah bagaimana sekolah tersebut bisa besar dan banyak dikenal orang meski
banyak "sandiwara pendidikan" di dalamnya.
Gambaran
ke dua ini dapat dikatakan keren di luar namun tidak di bagian dalam. Korban
utama dari tipikal sekolah ke dua ini adalah konsumen yang dalam hal ini adalah
wali murid dan siswa itu sendiri. Karena pendekatannya bersifat persuasif,
banyak pelanggan yang masuk kemudian tertipu, ternyata di dalamnya tak ubahnya
kegiatan biasa dan kurang berkualitas namun di pakaikan topeng untuk
"mengelabuhi" dan menarik peminat dari luar, sungguh ironis.
Berkaca
pada dua model sekolah di atas, MU PPMM mempunyai keinginan kuat untuk menjahui
dua tipikal sekolah tersebut, yaitu dengan mengusung tema MU keren luar dalam.
Tidak
hanya berkualitas dari sisi akedemik dan proses pembelajarannya, namun juga
dipikirkan bagaimana kualitas itu tampak dan dapat dilihat oleh pelanggan
secara langsung agar dapat menarik perhatian dan banyak yang akan ikut
bergabung. Untuk bisa dilihat oleh publik, tentu diperhatikan pula bagaimana
prestasi-prestasi itu dikemas agar dapat diterima masyarakat secara apik.
Syiar
Islam dan menebar kebaikan dengan pangsa pasar luas tak terbatas menjadi
motivasi utama semangat ini. Konsumen pendidikan yang melihat kemudian tertarik
untuk masukpun tidak akan merasa tertipu dan dibohongi dengan jargon-jargon
bujukan yang selama ini didengungkan, tapi mereka akan melihat secara nyata dan
menerima apa adanya mutu pendidikan yang ada di dalamnya.
Misalnya,
sertifikat yang diberikan pihak madrasah kepada para siswa atas prestasinya
menyelesaikan hafalan 250 bait sebelum idhul adha merupakan apresiasi branding,
penghargaan itu bukan hanya formalitas namun juga harus benar-benar mewakili
kualitas siswa tentang prestasi yang ia terima.
Ujian,
cerdas cermat, lomba hafalan dan sederet aktifitas akademik lainnya merupakan
kegiatan biasa pengasah prestasi di sekolah, namun untuk meningkatkan semangat
dan agar dilirik banyak pihak, maka aneka kegiatan tersebut harus dipoles
sedemikian rupa agar terlihat modern dan kekinian. Selain untuk mengasah
kualitas para siswa juga dapat dijadikan media promosi madrasah ke pihak luar.
Baron,
14/8/2019
@myh